7.4.05

you've got mail!

Image hosted by Photobucket.com
Kata orang, teknologi itu bersifat netral. Dampak positif maupun negatif itu timbul tergantung niat pemakainya. Itu udah terbukti dari masa ke masa. Teori atom Einstein, dapat digunakan untuk memusnahkan kehidupan -tragedi Hiroshima-Nagasaki-, namun dapat juga melanggengkan kehidupan - rekayasa genetik, terapi kanker, sampai pembangkit listrik-, subhanallah!

Lebih dari satu dekade belakangan ini, telah populer suatu teknologi yang memungkinkan pengiriman pesan secara cepat, murah, dan sangat reliabel. Mulai dari e-mail, chatting, sampai SMS. Jika kita tengok sejarah lahirnya e-mail, itu pun juga dipelopori oleh militer Amerika Serikat tahun 60-an yang memudahkan pengiriman berita secara cepat dan mudah, menggantikan teknologi morse atau telegraf yang telah lama dipakai. Tau kan, kalau dipakai di militer, pasti ujung-ujungnya untuk membunuh juga, terlepas dari berbagai macam alasannya. seiring waktu, akhirnya e-mail berkembang menjadi teknologi yang dikomersialisasikan dan telah dipakai oleh khalayak ramai. Lalu muncullah bentuk-bentuk perkembangan dari e-mail seperti chatting, SMS, dan akhirnya MMS.

Teknologi ini memang terbukti memudahkan segala urusan telekomunikasi dalam kehidupan manusia dengan memberikan solusi yang mudah, cepat, murah, dan sangat efisien, bahkan dalam beberapa kasus mampu menggeser peran pos. Untuk apply ke perguruan tinggi luar negeri, cukuplah kita e-mail form aplikasi yang telah di-download berikut CV dan surat rekomendasi. Melamar pekerjaan? Cukup e-mailkan CV dan cover letter kita... beres deh!
Namun tak dapat dipungkiri, teknologi ini juga berperan dalam menyokong gerakan kemaksiatan. Fenomena seperti cybersex sudah bukan hal asing bagi sebagian besar dari kita.

Harian Kompas edisi hari Minggu (3/4) lalu membahas fenomena SMS dan dampaknya terhadap hubungan interpersonal. Disebutkan betapa SMS sudah sangat menyeruak menembus ruang-ruang privacy seseorang. Bahkan juga turut andil dalam retaknya hubungan kekasih maupun ikatan pernikahan. Dari kisah anggota DPR Angelina Sondakh yang sampai putus hubungan dengan sang pacar karena begitu derasnya SMS-SMS 'nakal' yang mengalir ke ponselnya, seorang istri yang mengeluhkan perubahan sikap suaminya karena seringnya ber-SMS-ria dengan 'cinta' lamanya semasa SMA, dan seorang suami yang secara diam-diam rutin memeriksa inboks ponsel istrinya, karena seringnya sang istri menerima SMS 'nggak penting' dari rekan kerja prianya.

Ada lagi yang bilang kalau seseorang aktif berkirim e-mail dan SMS, itu akan mengurangi verbal ability-nya. Memang ada benarnya juga sih. Yah bayangin aja, jika dua orang itu sudah sedemikian banyaknya bercerita dalam e-mail atau SMS, di saat-saat perjumpaan mungkin sudah dapat ditebak 'kegaringan' yang akan terjadi... atau speechless, kata seorang kawan (hehe, aku nggak ngerasa kalo kamu 'speechless' loh, serius!). Menurutku, hal-hal tersebut balik lagi ke karakter orangnya, jadi keknya ngga bisa digeneralisir deh...!
Image hosted by Photobucket.com
Ada pengalaman dari seorang tetangga saya di Bogor. Dulu sewaktu masih mahasiswa bahasa Jerman, ia sering chatting, banyakan dengan orang Jerman, mungkin niatnya ingin ngelancarin bahasanya. Dan berkat kehendakNya, ia dipertemukan dengan seorang pria Jerman yang kemudian jatuh hati padanya. Akhirnya mereka kopdar (kopi darat) atau ketemuan... si pria Jerman itu datang ke Indonesia... dan selanjutnya mereka menikah, setelah pria Jerman itu terlebih dahulu convert ke Islam. Subhanallah, jadi takjub aku denger ceritanya. Siapa sangka kalau sarana chatting yang selama ini lekat dengan stigma penyia-nyiaan waktu, bisa menjadi pintu hidayah bagi seseorang, dan juga perjodohan bagi sepasang insan. hehe, jadi inget film You've Got Mail. Sekarang tetanggaku itu lives happily ever after (insya Allah) with her husband and children di Jerman sana.

Eh, jadi pengen nyambungin ke dunia ADK nih. Beberapa waktu lalu ada seorang ustadz yang cerita, ada seorang 'oknum' ikhwan (istilahnya sadis ngga sih??) yang ketahuan ngirim SMS ke seorang akhwat rekan seorganisasinya. isinya, "hai manis, besok makan bareng yuk!". hi hi hiks hiks... antara lucu, geli, heran, dan agak2 prihatin begitu denger cerita itu. koq ya bisa-bisanya... pake panggilan 'manis' pulak, hehehe... ternyata emang ada ya fenomena 'ikhwan gombal' -meminjam istilah seorang kawan-.

Waah, ternyata memang luar biasa ya dampak teknologi e-mail dan SMS terhadap kehidupan banyak orang. Bener-bener ngga pandang bulu, dari masyarakat umum sampai orang-orang yang bergelut dalam dunia da'wah, yang membutuhkan ketulusan dan kesucian hati para pelakunya. Tapi yang jelas, teknologi ini emang bener-bener revolusioner!

Duh, ngga fokus gini tulisannya... cuma pengen nulis aja ;P