29.12.04

Layu Sebelum Berkembang

Ahad pagi kemarin, air mata mengalir deras di Sri Lanka, India, Malaysia, Thailand, Maldives, Somalia, dan... Indonesia. Lebih dari 20 ribu jiwa telah pergi. Sangat banyak diantaranya adalah anak-anak, calon generasi penerus. Tak terbayangkan perasaan seorang mahasiswi UGM asal Banda Aceh -tempat dengan jumlah korban terbanyak- yang tak dapat mengetahui kondisi keluarganya, karena jaringan telepon yang terputus. Terlalu menyedihkan, terlalu memilukan untuk dikatakan. Tuhan telah menentukan datangnya bencana ini sebagai kebijaksanaanNya. Yang dapat kita lakukan hanyalah sujud tunduk padaNya.

Ya Tuhan, kami sadar dosa-dosa kami tak dapat terkatakan lagi, bahkan melebihi dahsyatnya tsunami yang Kau kirimkan...
Ya Rabbul 'Izzati, dengan keperkasaanMu, kuncup-kuncup harapan kami telah terhempas, terhanyut, layu sebelum berkembang...
Ya Ghaffar, kami tunduk dengan segala ketetapanmu... maka dengan kasih sayangMu, ampunilah dosa-dosa kami...

...and to be firm and patient, in pain (or suffering) and adversity, and throughout all periods of panic. Such are the people of truth, the God-fearing. (Al Baqarah: 177)

27.12.04

i'm fadil the sailorman... tut tut!

tadi abis nonton finding nemo (yang kedua kali). it was still so entertaining, so deep...
pas closing creditnya, ada lagu beyond the sea yang dinyanyiin robbie williams dengan warna rada-rada jazzy (which is my fave);

somewhere beyond the sea
somewhere waiting for me
my lover stands on golden sands
and watches the ships that go sailing

somewhere beyond the sea
she's there watching for me
and if i could fly
like birds on high
then straight to her arms
i go sailing

it's far beyond the stars
it's near beyond the moon
i know beyond the doubt
my heart will lead me there soon

we'll meet beyond the shore
we'll kiss just as before
happy we'll be beyond the sea
and never again i'll go sailing

it's far beyond the stars
it's near beyond the moon
i know, yes, i know beyond the doubt
my heart will lead me there soon

we'll meet, i know we'll meet beyond the shore
we'll kiss just as before
and happy we'll be beyond the sea
and never again i'll go sailing

and never again i'll go sailing

and never again i'll go sai-ai-ailing yeah

life is like sailing across the ocean... till you meet the one, would you stop sailing, or would you continue sailing together...?

26.12.04

fehlen

Gott, sie ist... so ein liebreizendes maedchen!

25.12.04

if it makes you happy... :)

21.12.04

rubber time :D

Guys, masih inget ngga pelajaran bahasa Indonesia yang udah kita tekunin dari SD sampe kuliah? Bahasa kita ini tidak mengenal pola waktu seperti halnya bahasa Inggris. Kalimat: 'saya makan' dalam bahasa Indonesia dapat menunjukkan waktu kapan saja. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kalimat: i eat; i ate; i have eaten, menunjukkan dimensi waktu yang berbeda-beda.

Bahasa menunjukkan budaya. Menurut seorang pakar linguistik, tidaklah mengherankan kalau bangsa melayu, khususnya Indonesia, memiliki budaya 'ngaret'.

Old English Prayer

take time to be friendly...
it is the road to happiness

take time to dream...
it is hitching your wagon to a star

take time to love and to be loved...
it is the privilege of the gods

take time to look around...
it is too short a day to be selfish

take time to laugh...
it is the music of the soul

life is too precious to be wasted!

19.12.04

the way i felt...

who can say where the road goes
where the day flows,
only time
and who can say if your love grows
as your heart shows,
only time
who can say why your heart sighs
as your love flies,
only time
and who can say why your heart cries
when your love lies,
only time
who can say when the roads meet
that love might be,
in your heart
and who can say when the days sleeps
if the night keeps, all your heart
night keeps, all your heart
who can say if your love grows
as your heart shows
only time
and who can say where the road blows
where the day flows
only time
who knows, only time..
who knows, only time
(Enya - Only Time)

Untuk Seorang Kawan...

SMS pagi ini ditutup dengan kata-kata indah dari seorang kawan; ...gw mulai nikmatin ngajar fad,mdh2an gw bisa jdi pendi2k yg baik&org ygberguna...

Di tengah carut-marutnya dunia pendidikan di negeri ini, apa lagi yang dapat diharapkan selain jiwa-jiwa pendidik yang tulus...

Untuk itu, beribu salut kuhaturkan untukmu kawan!

Hanya Sekedar Gengsi!

Bangsa kita memang lebih senang dengan hal-hal yang berbau prestige daripada hal-hal lain yang bermanfaat. Kita boleh saja berbangga diri dengan putra-putri terbaik kita yang kerapkali menjuarai IPHO, APHO, olimpiade komputer, atau yang baru-baru ini diselenggarakan di Jakarta, IJSO (International Junior Science Olympiad). Kita juga dapat saja 'mencemooh' negara-negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura, atau bahkan negara-negara maju di Eropa sana yang sering kali gagal di ajang-ajang tersebut. Putra-putri terbaik itu tentu telah melalui tahap seleksi yang ketat dari sekolah-sekolah sampai akhirnya dikarantina di suatu tempat dan dilatih keras berjam-jam sehari dengan soal-soal dan rumus-rumus yang njlimet, dan tentu saja memakan biaya yang tidak sedikit.

Lalu apa yang terjadi setelah semua ini? Setelah mereka tersenyum bangga memamerkan medali emasnya, beramah-tamah dengan presiden dan pejabat-pejabat negara, diundang mengisi acara-acara talkshow di televisi... Akhirnya mereka pun direkrut oleh universitas-universitas top dunia seperti MIT, Nanyang, NUS, dan mereka dengan senang hati menerimanya. Setelah mereka lulus, lalu bekerja di perusahaan hi-tech bonafid di negara tempat mereka kuliah yang membiayai pendidikan mereka.

Praktis, tidak ada manfaat yang signifikan bagi bangsa ini, tanah air putra-putri terbaik itu, yang dapat dikontribusikan dari prestasi mereka. Yang diperoleh hanyalah prestige, gengsi, yang mungkin itu sudah cukup bagi segelintir orang di negeri ini. Prestasi mereka mungkin hanyalah setetes air di tengah gurun. Setetes air tentu tidak mampu menghijaukan seluruh gurun. Prestasi mereka tetap saja tidak mampu mengangkat mutu pendidikan negeri ini. Di saat para orang tua kesulitan mendaftarkan anaknya sekolah karena uang pangkal yang mahal, gedung sekolah yang reot dan sering ambruk di desa-desa, bahkan di kota besar seperti Jakarta. Prestasi mereka juga tidak mampu menyemarakkan riset-riset sains dan teknologi di negeri ini.

Para orang-orang besar di atas rupanya lebih suka menyalurkan dana untuk pelatihan dan karantina para atlit olimpiade sains daripada menyuntikkan dana riset di universitas-universitas dan lembaga-lembaga riset dan IPTEK. Salah seorang dosen saya pun mengeluh karena pelitnya pemerintah mengeluarkan dana untuk riset, bahkan ada yang menerima tawaran untuk riset di negeri jiran. Dan salah seorang profesor emeritus di departemen saya juga menyangsikan manfaat event seperti olimpiade sains itu. "Yang penting itu dana riset!", ujarnya.

Kalau dipikir-pikir, bukan hal yang luar biasa jika Indonesia kerap menjuarai ajang-ajang seperti itu. Medali emas hanya didominasi oleh segelintir negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak seperti RRC, India, dan Indonesia. Masak sih dari 220 juta orang kagak ade nyang jago???

14.12.04

Bandung... oh Bandung (II)

Aku ngga tau pastinya, yang jelas, aku sering banget berkhayal, berimajinasi, jika aku menjadi walikota. Waktu masih menetap dan sekolah di bogor, aku selalu berkhayal tentang apa saja yang harus kulakukan sebagai walikota. Begitu pun ketika aku sudah kuliah di bandung.

Dalam lamunanku, biasanya sesaat sebelum tidur, aku memimpikan kota bandung dengan pedestrian yang lebar dan tertata rapi, bebas dari pedagang kakilima. Sehingga pada pagi hari terlihat para warga kota, dari anak-anak sekolah, mahasiswa, guru, dosen, PNS, karyawan dengan dinamisnya hilir mudik dengan aman dan nyaman di atas pedestrian menuju tempat tujuan masing-masing. Bagaimana dengan nasib para PKL? Tenang saja... aku juga berkhayal akan merelokasikan para PKL di suatu lokasi tertentu yang strategis. Sehingga warga kota dengan nyaman dapat berbelanja tanpa takut terserempet angkot atau becak. Tentu saja kebersihan merupakan hal yang mutlak, hingga tak ada lagi seekor lalat pun yang terlihat beterbangan. Bagaimana dengan warung-warung tenda pinggir jalan seperti di simpang dago yang sering dikunjungi para mahasiswa pada waktu malam? Pernah lihat kawasan champ elysee di paris yang terkenal dengan kafe-kafe pinggir jalannya? yaa mungkin ngga akan secantik itu, tetapi ide bagus juga jika warung-warung tenda tersebut diatur dengan konsep seperti itu. Waah, selain mempercantik kota, akan lebih nyaman bagi kita untuk makan malam di tempat semacam itu. Lalu di waktu malam, sudut kota akan semakin dipercantik dengan jejeran lampu-lampu jalan yang bersinar dengan benderangnya.

Aku juga memimpikan untuk membangun semacam subway atau kereta bawah tanah sebagai sarana transportasi kota yang aman, nyaman, cepat, dan massive. Coba bayangkan jika seluruh penjuru kota bandung, misalnya dari cimahi sampai jatinangor, dari setiabudi sampai kopo, terbentang rel-rel kereta bawah tanah dengan misalnya, alun-alun sebagai intersection-nya. Warga kota pun dapat dengan mudah menuju pusat-pusat keramaian kota tanpa harus terjebak kemacetan, ataupun jengkel menunggu angkot yang tak bosan-bosannya ngetem, ataupun terbatuk-batuk menghirup asap rokok dalam angkot yang berdesak-desakan. Bayangkan suasana stasiun subway yang nyaman dan bebas dari pencopet dan tukang palak, tiket yang dapat dengan mudah dibeli melalui mesin otomatis, menunggu kereta yang datang tiap lima menit, suasana dalam kereta -yang walaupun kita harus berdiri karena ramainya- tetap dapat tersenyum karena menikmati hawa sejuk dari pendingin udara. "Pemberhentian berikutnya, ITB... next destination, ITB" terdengar suara seorang wanita dari loudspeaker untuk menginformasikan para penumpang akan pemberhentian selanjutnya.

Aku percaya, mimpiku ini bukan sekedar utopia. Dan insya Allah, aku pun yakin, suatu saat nanti akan tiba seseorang yang akan memimpin bandung dengan hati... dan ia mengerti benar akan konsep dalam islam: sayyiduhum qaumi, khadimuhum - pemimpin suatu kaum adalah pelayan bagi kaum itu.

The Thinker



"What makes my Thinker think is that he thinks not only with the brain, with his knitted brow, his destended nostrils, and compressed lips, but with every muscle of his arms, back, and legs, with his clenched fist and gripping toes."

- Auguste Rodin

The Thinker is considered to be one of Auguste Rodin's greatest pieces. It was originally created as part of Rodin's larger bronze piece "The Gates of Hell" in 1880, an ornamental door for a proposed Palace of Decorative Arts. A copy of The Gates of Hell can be found on the Stanford campus.
The original thinker didn't have very much volume, it was actually quite small, although in more recent years, there have been many different copies made of different sizes and materials. The original was made of bronze along with the rest of "The Gates of Hell" so that even by itself, "The Thinker" had quite a lot of mass. The texture is pretty smooth, although there are many bumps, because when Rodin made this sculpture he was trying to show the clenched muscles of his body as he thought. The color on "The Thinker" is all the same, a dark sort of shiny coppery color, the color of weathered bronze. The lines of "The Thinker" are all very rounded and there is a lot of repetition in the movement of the way he is somewhat hunched over in the process of concentration.

sebel!

Apa yang anda lakukan jika kebetulan mengenal seseorang yang melakukan aktivitas yang sama di laboratorium anda, kerapkali nge-lock komputer lab dengan alasan sedang nge-run program dan meninggalkannya seharian sehingga orang lain tidak dapat menggunakan komputer itu?

Well, kebetulan saya mengenal orang itu... dan sekarang saya merasa sangat JENGKEL!!! Pasalnya, bukan kali ini aja dia melakukan hal itu, tapi sudah berkali-kali, dengan alasan yang bermacam-macam... ya nge-run program lah, lagi download lah... yang saya tak habis pikir, mengapa harus mengunci komputer dengan password segala sihhh??? Apakah di ngira semua orang lab jahat-jahat dan berniat mengacaukan pekerjaan dia?? Atau memang dia seorang yang egois dan tak bertanggung jawab?? I'm tellin' ya kiddo, elu gak akan bisa berhasil bermasyarakat if you have behavior like this!

Nah, sekarang... apakah anda bisa kasih saran, apa yang mesti saya lakukan:
1. Sepak tuh anak sampe timbuktu...
2. Smack 'em right in his pesek nose...
3. Laporin ke dosen...

Fiuhh, whatta a relief! :)

please don't take it too serious, cuma ekspresi kejengkelan...


3.12.04

Pikirkan

Banyak melansit dari jaga
Banyak pelaso indok papa
Tak berduit hidup celako
Tak bermalu meminta-minta

Kiranya terasa hidup perit
Usah segan nak bergarit
Meredah paya daki bukit
Di laut di darat ada duit

Jodoh ada pemberian Tuhan
Razki jua dah diserakkan
Tanah terbaris tak terelakkan
Ikhtiar saja ada di tangan

Kiranya ada dalam dompet
Baik omeh atau ringgit
Bawalah selalu biar sikit
Untuk derma buek mosojid

Alif Mokhter Alhaj - 11 November 1992
SLB Negeri Sembilan

Bandung... oh Bandung!

Pekan ini adalah hari-hariku tanpa pendamping tersayang... vespaku. Yup, Ahad kemarin aku menitipkan vespaku kepada seorang paman di Antapani untuk direparasi dan dicat ulang. Beliau punya kenalan montir vespa, jadi mudah-mudahan aku boleh dikasi harga miring. Emang udah pantes si, melihat kondisi vespa yang nyaris babak belur tak terawat... bungkus jok yang sobek hingga air hujan dapat merembes sampai ke busanya, alas jok yang patah, bodi yang penyok dan penuh baret-baret, komponen mesin yang diselimuti debu tebal.... dan beberapa hari lagi aku akan mendapati kembali 'kekasihku' itu (hopefully) dengan wajah cantiknya, bodi putih mulusnya, dan siap mengantarku kemana pun (asal ngga ke bogor, nyokap bisa marah-marah).

Kembali ke hari-hariku sekarang, aku memutuskan untuk lebih sering jalan kaki menuju kampus dari tempat kost-ku di Tubagus Ismail. Hemat ongkos dan itung-itung ngurusin tubuh, hehe. Biasanya pagi-pagi sejam sebelum kuliah, aku berjalan menyusuri jalan raya tubagus ismail. Sebelum pemilu, kondisi aspal jalan sangat buruk (klo orang malaysia bilang: alahmak, teruk sangat ler jalan ni!). Lubang di mana-mana. Apalagi dalam kondisi hujan. Tak pelak sering terjadi kemacetan karena kendaraan terpaksa berjalan pelan untuk menghindari lubang. Setelah pemilu, secara bertahap jalan diaspal ulang, dan sekarang kondisinya sudah sangat mulus. Sebagai pengendara motor, tentu aku senang karena tak perlu terganggu lagi oleh lubang-lubang (vespaku 3 kali semaput gara-gara menghantam lubang). Namun, pekan ini statusku adalah pejalan kaki. Dan akhir-akhir ini aku benar-benar jengkel!!!

Coba anda renungkan... kalau dipikir-pikir, pejalan kaki di kota Bandung (yang ngakunya) Bermartabat ini benar-benar tidak diperlakukan sebagai manusia. Apakah anda pernah melihat trotoar yang representatif untuk keamanan dan kenyamanan pejalan kaki? Nyaris nihil! Memang ada trotoar yang lebar di beberapa lokasi di pusat kota (alun-alun, pasar baru), tapi lihatlah, para pedagang kaki lima telah menguasainya. Otomatis pejalan kaki berjalan di bahu jalan dengan risiko terserempet becak, kecipratan genangan air, atau paling tidak diklakson oleh mobil yang merasa terhalangi jalannya.

Begitu pula kondisi trotoar di simpang dago dan tubagus ismail yang sangat ramai oleh pejalan kaki. Di simpang dago, trotoar, bahkan bahu jalan, telah beralih fungsi menjadi pasar tradisional. Ditambah lagi angkot-angkot yang ngetem sehingga space jalan semakin sempit. Jalan tubagus ismail, trotoar hanya ada sampai beberapa ratus meter dari persimpangan. Itu pun dengan kondisi yang nyaris hancur sehingga seringkali becek ketika turun hujan. Sisanya, jalan tanah! Aku pun harus mengangkat celana ke atas tumit agar tidak terkena cipratan air dan lumpur. Space yang sempit antara rumah-rumah dan bahu jalan juga mengakibatkan risiko terserempet kendaraan. Waktu malam, lebih parah lagi! Bayangkan, apakah layak disebut kota kalau lokasi perumahan yang cukup ramai tidak dilengkapi penerang jalan yang memadai? Ketika pulang malam menyusuri tubagus ismail, aku lebih sering melihat ke bawah untuk menghindari genangan air ketimbang melihat ke depan, karena gelapnya.

Overall, kini bandung memang tidak layak disebut kota yang nyaman, apalagi Bermartabat, jika kita melihat kondisi infrastruktur kota yang sangat menyedihkan.

Sampai kapan para pejalan kaki mempertaruhkan risiko terserempet mobil sampai kecipratan lumpur?
Sampai kapan para PKL harus berjualan di tempat yang seharusnya jadi hak para pejalan kaki?
Sampai kapan penduduk kota, anak-anak sampai mahasiswa harus tinggal dalam gang-gang sempit serta rumah-rumah yang berdempet-dempetan tidak keruan?
Sampai kapan kita harus menggunakan angkot yang berhenti seenaknya di jalan, atau menghadapi ulah supir yang selalu memadat-madatkan penumpang hingga berdesak-desakan?

Apakah sampai terjadi Bandung Lautan Api jilid II???

halo-halo bandung
ibukota periangan
halo-halo bandung
kota kenang-kenangan

sudah lama beta
tidak berjumpa dengan kau
sekarang telah menjadi lautan api
mari bung rebut kembali
(halo-halo bandung - ismail marzuki, 1948)

30.11.04

Alhamdulillah!

Dian Sastro:
disaat waktu berhenti...kosong
dimensi membutakan mata,memekakkan telinga
lalu diri menjadi hampa
saat paradigma dunia tak lagi digunakan untuk menerka*
sadarku akan hadirmu,mematahkan sendi2 yang biasanya tegak berdiri

Yassin:
ult li albi bissaraha (I'm opening up my heart with honesty)
hayya nab'idil karaha (Let's avoid the hated and hatred)
syakkireena a' kulli ni'ma (Let's remain thankful with what we have)
ba' ideena anil fattana (Let's avoid all lies and sins)

Malique:
merenungi luar jendela,mengagumi kebesaran yang Maha Esa
ku menilai kehidupan dari sudut berbeza
tak memadai hanya kecapi rasa selesa
maukan harta yang mampu beli 1 semesta
berpesta ke pagi botol bergelimpangan
kekasih muda bukan takat berpegang tangan
harta dan jamuan nafsu tidak berkekalan
bila menjelang tua bukan itu jadi bekalan
dan jangan puisi ini disalah tafsir pula
bukan berkhutbah cuma betuli diri jua
ingin hidup sempurna aset nilai berjuta,
saling tukar wanita,senyum dan mati tua
bakat dikurnia jangan disalah guna
jangan kufur nikmat yang diberi percuma
guna kelebihan untuk hikmah bersama
jagalah nama hidup penuh pementasan dan drama
ada berisi ada yang kurus,ada melencong ada yang lurus bukan semuanya tulus
ada sempuna ada kurang upaya ada yang jadi buta hanya bila sudah kaya
sebesar rumah bermula dengan sekecil bata,boleh hilang dalam sekelip mata
ucaplah alhamdulillah bukannya sukar, kerna semua nak kaya atau besar
tetap Allahuakbar!!!

Joe Flizzow:
jadikanlah ku tentera Fisabilillah yang tertera di kalimah harap memanduilah
entah apabila persimpangan tiba,hidup penuh rintangan harus kuhadapinya
harapku tidak terlupa diri bila gembira,dan cuma mula mencari kau disaat hiba
ku cuma manusia penuh dengan kesilapan tapi bisa membezakan cahaya dan kegelapan
tabah bila dihalangan duri onak dan cobaan
teguh bila dicobakan keruh kuasa dan perempuan
sentiasa legar diminda,dikejar dan dipinta dari zaman bermula hingga ke akhirnya
ku mengerti siapa ku tanpamu disisi dan apa guna posesi juga posisi
sementara ini cuma hanya puisi,nukilan tulisan dan bisikan isi hati
mencari keterangan,menjiwai peranan menepati pesanan janji juga saranan
alhamdulillah atas kurniaan rezeki,moga tidak terleka dalam perjalanan ini

Ahli Fiqir:
aku yang memandang di dalam lubuk hati,mencari-cari zat rahsia yang katanya tersembunyi
aku yang melihat alam meliputi wujud menyertai lalu ku pindahkan alam ke dalam mata hati
aku hakiki,aku mengerti segala yang terjadi di langit dan di bumi
gunanya tiada fantasi, pelik dan benar,qada' dan qadar kau berilah ku kekuatan
agar dapat ku hindarkan segala kesesatan
usah kau biar nafsuku terliur dari pandangan majazi ini,
aku yang hodoh lagi hina amat benar merindui
moga cahaya lailatul tak membutakan mataku,semoga segala puji tak ku meninggi diri
moga segala janji dapat juga ku penuhi,moga dapatku hadapi tikaman dari belakang
lidah setajam pisau, ku tidak akan risau dengan cabaran sepanjang perjalanan
ku pasrah ku akur 7,8,6 Alhamdulillah Syukur...

Dian Sastro:
sujudku pun takkan memuaskan inginku
'tuk hanturkan* sembah sedalam kalbu
adapun kusembahkan syukur padamu ya Allah
untuk nama,harta dan keluarga yang mencinta
dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
alhamdulillah pilihan dan kesempatan
yang membuat hamba mengerti lebih baik makna diri
semua lebih berarti akan mudah dihayati
Alhamdulillah,Alhamdulillah,Alhamdulillah....
(Alhamdulillah - Too Phat feat. Dian Sastro, Yassin, Ahli Fiqir)

Great song...


Waiting for...

Waiting... could be dull, could be fun, could also show how loving and caring you are.

Few months a go, I was often waiting for my mother shopping... dull? Of course! Fun? Not at all! Showed how loving and caring I was? Well, it depended on my mood that time :) But, did you ever think, how dull, how painful that our mothers had felt while giving us birth?

Now, I'm waiting for my three millions particles being simulated... extremely dull, but guess what? Those bloody particles could make my future!

Waiting until the rain outside fade out, while I'm stucked in the lab...

In the end, everybody in this world is waiting for the same thing, though...

Life is all about waiting, anyway...

whatta terrible language!

28.11.04

Dateng ngga ya?

Dateng ngga ya? malam ini ada resepsi pernikahan saudaraku di antapani. Ortu dah dateng dan nginep di hotel Kartika (naik pangkat dari yang pekan kemarin, losmen, hehe)...

Sebenernya males, kan aku dah dateng pekan kemarin di acara akad nikahnya... apalagi aku masih flu, takutnya contageus...:(

Tapi kalo ngga dateng, i would have missed kambing guling... yummy! I like it a lot!

jadi laper, udahan ah!

27.11.04

New Look

Dari dulu saya penasaran, gimana cara nampilin link-link blog temen-temen atau situs yang lain. Setelah melalui trial and error, akhirnya saya tau kalo kita harus milih template yang tepat supaya mudah nampilin link2-nya... and now, tadaaa! here's my new blog's face... more simple and brighter :)

dan yang lebih penting, saya bisa nampilin blog temen-temen saya (yang keren-keren abis!) di blog saya, plus situs-situs favorit including my fave english football club: Arsenal!

Feature-feature lain, seperti hit counter, etc, will be coming soon! I have to learn first ;p

24.11.04

Oase

Pagi jelang siang... saya sangat kelelahan mendorong vespa yang tiba-tiba mati mesin. Terpaksalah saya dorong dari depan Borromeus sampai bengkel motor langganan di Dipati Ukur. Fiuhhh, saya mandi yang kedua kalinya hari ini... mandi peluh! Mungkin ini semacam 'hadiah' dariNya, karena saya memang jarang olahraga, hehehe...

Selepas dari bengkel, saya memutuskan untuk sarapan ketupat sayur di Pondok Kapau, hanya beberapa meter dari bengkel. Selagi ketupat sayur dibuat oleh si Uni, saya membeli harian PR. Dan, ditemani sepiring ketupat sayur dan jus mangga yang ternyata asam :(, saya mulai membolak-balik halaman surat kabar.

O oh.. subhanallah! Pada berita foto terlihat seorang wanita berjilbab lebar sedang tilawah AlQur'an. Kedengaran biasa ya? Yang tak biasa adalah, ia tilawah di tengah hiruk pikuk pembukaan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ). Yup, ia adalah seorang pialang saham.

Bagaikan oase di tengah gurun. Saya tersenyum, dan tak terasa... lelah pun hilang :)


Gesundheit!

Kamis malam, 18/11/2004,
Di sebuah hotel (lebih tepatnya losmen), aku tidur seranjang dengan ayahku, sedang ibuku tidur di ranjang terpisah. Ayah sering terbatuk-batuk dalam tidurnya.

Jum'at, 19/11/2004,
Tenggorakanku terasa gatal, namun aku tak begitu mempedulikannya. Aku terus asyik mengambil gambar suasana akad nikah saudaraku pada sebuah masjid di Antapani... sampai akhirnya batere kamera habis tepat setelah pengucapan ijab kabul.

Sabtu, 20/11/2004,
Bangun tidur, hidungku penuh dengan lendir, membuatku sulit bernafas... disertai batuk-batuk berdahak. Akhirnya, aku kena flu!

Ahad, 21/11/2004,
Cairan masih memenuhi saluran pernafasanku, batuk juga makin meradang... untungnya aku tidak demam. Seorang teman mengajakku nonton 'A Shark Tale' di CiWalk... akhirnya kami bertemu di sana lewat tengah hari. Oh no... 'A Shark Tale' tidak diputar disini! "The Incredibles aja deh!", saranku. "yaa, gw dah nonton di Jakarta", kata temanku. "Resident Evil mo ngga?" "Tapi gw blom nonton yang pertamanya. Lagian kok sepi ya antriannya?" Kulihat, 'Virgin' panjang sekali antriannya. "hmmm, virgin aja yuks!" "OK!".

Dua setengah jam kemudian, kami keluar dari teater. "hiks, nyesel gw!" Temanku hanya tertawa-tawa.

Malamnya, aku dapat sms dari temanku itu. "Gimana pilek lo, enaknya minum yang anget2". Hmm, good advice. Aku pergi ke dapur membuat teh manis hangat... Alhamdulillah! Lalu kubalas sms-nya. "Eh, elo ketularan gw ngga?" "hmm, idung gw dah mulai gatel2 nih. Tenang aja, klo gw pilek, gw minum es sebanyak2nya!" Uhh, dasar bandel ni anak! Oh my God, gw dah nulerin ke orang lain... feeling guilty :(

Senin, 22/11/2004,
Bangun tidur, hidungku masih mampet, batuk berdahak juga masih terus membahana...

Selasa, 23/11/2004,
The same... :(

Gesundheit ist teuer...

Fuer Tita, entschuldigung!

21.11.04

USA, when will you be at our side?

I Pledge Allegiance to the flag of the United States of America and to the Republic for which it stands, one Nation under God, indivisible, with liberty and justice for all.

Behind all the irritating and unsatisfying USA's international policies, we find so many religious things from american people and the USA government. As stated in The Pledge of Allegiance above (one nation under God), we could also read the statement on a piece of a dollar: In God we Trust.

The newest fact can be seen in the presidential election. President George Walker Bush was reelected. According to some local polls and surveys before and after the election, the US international policy, such as the invasion to Iraq, was not the main issue that could affect the voters' decision. Most of the voters considered the moral issues which was the top theme of President Bush's campaign beside the issue of local and international security.

As we have known, President Bush as a Republican and John Kerry as a Democrat have different opinions about most of moral problems like abortion and homosexuality. Bush strictly disagree, while Kerry doesn't. And so far, unlike The Democratic National Committee, The Republican National Committee, where Bush belong, has the conservative opinions and policies regarding those kinds of moral issue. Few months ago, President Bush was hardly trying to cancel the state of Massachusets new regulation which allow homosexual marriage.

And of course, the Jews connection holds the vital role of Bush winning. With Bush by its side, the State of Israel will remain safe, and together they try to haunt and dominate the moslem world with their magic words: war on terrorism as their mask.

We, as moslems, surely hope the leaders like George Washington and Benjamin Franklin to be reborn and bring USA to its glory with Islam. May be tomorrow, the day after tomorrow, or hundred years after tomorrow.

Or should we have the moslems connection like jews?

They (the Jews) work more effectively against us, than the enemy's armies. They are a hundred times more dangerous to our liberties and the great cause we are engaged in... It is much to be lamented that each state, long ago, has not hunted them down as pest to society and the greatest enemies we have to the happiness of America. (George Washington).

If you do not exclude them from these United States, in their Constitution, in less than 200 years they will have swarmed here in such great numbers that they will dominate and devour the land and change our form of government, for which we Americans have shed our blood, given our lives our substance and jeopardized our liberty. (Benjamin Franklin).

Dedicated to all of american moslems. Brothers and sisters, keep fighting!

G-Pet

Hari pertama penataran P4 di SMUN 1 Bogor... saya berkenalan dengan seorang teman baru, bertubuh gempal, dengan jenggot tipis masa puber menghiasi dagunya. "Saya Gusti, kamu siapa?" Di kemeja SMP-nya tertulis Gusti G.G.P. Wow, pasti nama yang panjang. Dan benar saja. Nama lengkapnya: Gusti Gevaert Gondewa Putra. karena agak rancu memanggilnya Gusti, akhirnya anak-anak kelas kami pun (entah siapa yang memulai) sepakat memanggilnya Gepet, simplifikasi dari Gevaert. Saya sudah lupa arti dari Gevaert, tapi yang jelas merupakan arti yang baik. Gepet ini orang sunda tulen, dan memang selain orang minang, menurut hipotesa saya, orang sunda senang memberi nama anaknya dengan istilah yang nyentrik. seperti juga nama seorang teman SMP saya yang juga sunda tulen, namanya: Tassos Tonitho Sicarra. Entahlah apa artinya, saya tak pernah menanyakannya.

Gepet, merupakan sosok yang menyenangkan, banyak disukai teman-teman, tidak hanya kelas kami, tapi juga kelas-kelas yang lain, bahkan lintas angkatan. Seorang teman yang asyik diajak diskusi, mulai dari masalah agama sampai masalah sepakbola. Bahkan (dulu) kami punya klub favorit yang sama: ARSENAL (hidup!). Dan kalau soal sepakbola, ia juga tidak hanya pandai berkomentar (seperti saya), namun juga unggul di lapangan (aspal dan hijau). Ketika kelas kami bertanding, ia selalu masuk starting line-up, dan sering menginspirasikan terjadinya gol, bahkan cukup sering mencetak gol. Padahal ia sering ditempatkan sebagai back, berbekal tubuhnya yang gempal.

Ia juga aktif di DKM, dan saya pun salut dengan prinsipnya waktu itu (sampai sekarang) yang tidak ingin hanyut dalam problematika anak-anak muda, seperti pacaran. Waktu itu pun saya masih ingin untuk pacaran, bahkan sampai ngecengin teman sekelas sampai adik kelas, hehehe... alhamdulillah, niat saya ngga kesampaian.

Saya juga salut dengan keteguhannya menggapai cita-citanya, menjadi seorang dokter. Ia pun berkelana sampai kota Jember, karena universitas setempat baru membuka fakultas kedokteran. Maka, setelah melewati ujian saringan, ia pun diterima sebagai mahasiswa kedokteran di sana.

Jum'at dinihari kemarin, saya cukup kaget begitu menerima SMS dari seorang teman. "sabtu 20nov, gepet nikah. ini beneran loh!" God, mendadak sekali kabarnya. padahal pada malam itu saya baru tiba di Bandung.

Yang jelas, saya pun salut dengan keputusannya untuk menunaikan separuh agamanya: menikah. Dan dalam relung hati saya, sebenarnya tidak terlalu kaget, karena seorang Gusti Gevaert Gondewa Putra yang saya kenal sejak 7 tahun lalu adalah sosok hanif yang memiliki keteguhan hati untuk tetap melangkah dalam koridor agamanya.

Pet, walau kecil kemungkinan lo baca ini, gw tetap ngucapin selamat buat elo. Selamat menempuh hidup baru, selamat membangun keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, semoga terlahir mujahid dan mujahidah yang siap mengubah dunia!

20.11.04

Met Hari Raya!

Taqabbalallahu Minna wa Minkum
Shiyaamana wa Shiyaamakum

Taqabbal yaa Kariim!

13.11.04

ich denke, dann bin ich!

Ini ungkapannya seorang filosof Perancis, Rene Descartes. Bahasa latinnya: cogito ergo sum. In english means I think, therefore I am. Und auf deutsch bedeutet es: ich denke, dann bin ich.

Kalimat sederhana, namun bermakna sangat dalam, mengenai hakikat kita sebagai manusia.

Siehe, in der Schoepfung von Himmeln und Erde und in dem Wechsel von Nacht und Tag sind wahrlich Zeichen fuer die Verstaendigen. (Ali Imran: 190)


7.11.04

Manusiawikah...?

Seringkali saya mengeluhkan tentang kualitas transportasi masal di negara kita ini, yang bagi saya amat sangat tidak manusiawi. Pasti anda pernah mengalami ketika naik angkot, supir angkot memaksakan penumpang untuk naik, padahal kondisi dalam angkot sudah penuh sesak sampai sulit bernafas. Apalagi ketika ada orang-orang tak tahu diri yang seenaknya menghembuskan asap rokok di tengah suasana yang berjubel. Bagi yang sering menggunakan jasa KRL ekonomi jabotabek, yah tahu sendiri lah seperti apa keadaannya, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja. Saya pernah mengalaminya, ketika penumpang terus mendesak masuk ke dalam gerbong pada saat keadaan dalam gerbong sangat penuh. Uhh, rasanya seperti dikubur hidup-hidup! Belum lagi orang-orang yang mencoba mengais rejeki dengan berdagang asongan, mengamen, dan meminta-meminta. Bayangkan, di tengah densitas penumpang yang begitu padat, kok ya sempat-sempatnya gitu loh... Tapi saya sama sekali tidak menyalahkan mereka, karena ini adalah kesalahan sistem.

Jum'at kemarin, KA Parahiangan yang saya tumpangi lewat stasiun Jatinegara. Dari jendela saya melihat sebuah KRL ekonomi tengah melintas, sepertinya menuju Bekasi. Dalam gerbong terlihat tidak begitu ramai oleh penumpang. Namun di atap kereta terlihat banyak orang yang sedang menumpang. Beberapa di antara mereka malah asyik tidur-tiduran dengan tenangnya di atap kereta yang tengah melaju.

Saya bingung, sarana transportasi yang tidak manusiawi, atau memang rakyat kita yang tidak ingin diperlakukan seperti manusia???

1.11.04

Tolong...!

Namanya Pak Kurdi. Pekerjaannya sehari-hari adalah tukang tambal ban di pinggir sebuah jalan di kota Jakarta. Anak lima, istri sedang sakit sejak dua tahun lalu, dan penghasilan yang tidak tetap. Tubuhnya kecil. Sayang, nasibnya tak seberuntung Ucok Baba, atau Oni Syahrial.

Suatu hari, ia kedatangan seorang pemuda menuntun sepedanya yang rusak. Rantainya copot dan ban belakang kempes. Pemuda itu mengaku tidak membawa uang, sedang ia harus cepat-cepat ke rumah saudaranya. Ia memohon agar sepedanya diperbaiki secara cuma-cuma. Pak Kurdi termenung sejenak. Akhirnya ia memutuskan untuk memperbaiki sepeda pemuda itu. Pak Kurdi tak banyak bicara, dan langsung memperbaiki sepeda itu. Namun tampak dari sorot matanya secercah keikhlasan. Bayangkan, ia rela menolong seorang pemuda tak dikenal, di kota besar seperti Jakarta, tanpa menuntut imbalan apapun. Bertubuh kecil, namun berhati besar...

Itu adalah cuplikan sebuah reality show di sebuah televisi swasta, yang bertujuan untuk mengetes keikhlasan seseorang untuk menolong orang yang memerlukan. Tentu saja, pemuda tersebut di atas adalah aktor. Dan akhirnya, pak Kurdi mendapatkan hadiah sejumlah sejuta rupiah dari aktor tersebut. Well, orang-orang yang ikhlas memang sering mendapat rizki yang tak disangka-sangka datangnya.

Dalam kejadian yang lain lagi, ada dua orang yang berada di lokasi terpisah. Seorang gadis cantik dan seorang pemuda gagap. Keduanya memiliki tugas sama, yaitu menyetop pengendara motor untuk dimintai pertolongannya membonceng kedua orang itu untuk mengantar sebuah parcel. Mudah ditebak, sang gadis selalu dapat pertolongan, sampai satu, dua, tiga orang pengendara motor. Sebaliknya, si pemuda gagap selalu ditolak mentah-mentah sampai satu, dua, tiga pengendara motor. Skor 3-0 untuk sang gadis. Akhirnya, si pemuda menyetop seorang pengendara, kelihatannya seorang bapak, dan ia bersedia mengantar pemuda itu ke tempat tujuan. Sesampainya di tempat, pemuda itu membuka kedoknya (yang pura-pura gagap) dan memberi hadiah bingkisan kepada bapak itu.

Ditengah pelbagai macam reality shows yang penuh kesia-siaan, sepertinya acara ini mampu menghadirkan tontonan yang penuh hikmah kepada masyarakat. Setidaknya, kita dapat mengetahui potret karakter rakyat kebanyakan, di tengah gelombang materialisme yang semakin mengganas, apakah masih tinggal seberkas keikhlasan dalam hati-hati kita...




29.10.04

Maafkan (II)

Tau ga sih, seandainya saya dapat memutar balik waktu, ingin sekali mengulangi masa-masa dulu. Ingin sekali saya mengulangi masa kanak-kanak saya, SD, SMP, SMU, TPB, bahkan hari kemarin... karena banyak sekali orang-orang yang telah saya sakiti, terlebih orang yang amat saya cintai. Banyak sekali peluang-peluang untuk menjalin persahabatan, yang telah tersiakan...

Banyak yang bilang saya orang yang cuek, introvert... akibatnya sering sekali orang merasa sakit hati akibat omongan saya, atau tindakan saya, walaupun saya sama sekali tidak bermaksud untuk itu. Mungkin ada aja orang-orang yang ingin mengenal saya lebih dekat, tetapi menarik kembali keinginannya, karena melihat 'bungkus luar' saya yang tampak 'sadis'...

Akhirnya, karena waktu memang tak dapat kembali, saya hanya dapat memohonkan maaf, kepada orang-orang yang telah tersakiti...

Bundo, jangan menangis lagi...
Ayah, makasih banget!
Eman, makasih, dan maaf karena Ano ngga pernah bisa manggil 'Uda' :P

Untuk sahabat-sahabat, Hijrah, Frans, Arif, Doddy, Tobing, Nanang, Dani... makasih atas kesabarannya bersahabat denganku...
buat Mita, maaf banget udah buat kamu bete abis, dan makasih atas persahabatan yang hangat, dan segalanya...
buat my longlost friends, Fahmi, Lisa, Ima, Lucy... makasih karena masih inget gw :)


22.10.04

The Lost Virtue

Sedikit banyak, sadar tak sadar, pola pikir materialisme memang telah merasuk secara sistematis ke kepala kebanyakan orang Indonesia. O oh, what's wrong with my country?? Saya teringat dengan sebuah perbincangan singkat dengan seorang dosen IPB dalam shuttlebus yang tengah melaju di Johor Bahru, Malaysia. Ia mengeluhkan, bahwa bangsa kita, baik itu pemerintah maupun rakyatnya, telah kehilangan apa yang disebut dengan virtue, nilai kebajikan. Pemerintah yang seharusnya melayani rakyatnya, berbuat sesuka hati, mengkorup uang rakyat, menelantarkan kesejahteraan dan pendidikan. Akibatnya, rakyat pun juga berbuat seenaknya. Tidak mematuhi peraturan, vandalism, perampasan hak, dan pelbagai penyakit lainnya. Pantaslah kalau bangsa kita dijuluki the sick nation, bangsa yang sakit! Ketika mesin penjual minuman kaleng pada sebuah kampus di Malaysia tersambar petir, sehingga kaleng-kaleng minuman berhamburan keluar, tak satupun mahasiswa Malaysia yang mengambil kaleng-kaleng itu. Namun apa yang terjadi? Bagaikan semut, para mahasiswa Indonesia dengan cueknya memunguti kaleng-kaleng itu. Ketika jalanan macet, dengan tenangnya para pengendara motor melintasi pedestrian, dan karena telah terbiasa, para pejalan kaki juga tak ada yang protes. Perampasan hak terjadi dimana-mana, dilakukan oleh siapa saja, menimpa siapa saja, dan uniknya, tanpa disadari!

Dalam hal ini, adalah wara', salah satu nilai kebajikan yang telah terlupakan. Seorang sufi, Muhammad 'Abdul 'Azis Al Mahdiwiyyu, mengatakan bahwa insan yang wara' hanya akan mengambil apa yang diperuntukkan kepada mereka, tidak cenderung dan tamak apa yang ada di tangan makhluk lain. Yang menggembirakan, sifat ini mulai dihidupkan kembali oleh Ketua MPR kita yang menolak sedan mewah Volvo seharga nyaris satu milyar sebagai kendaraan dinas. Padahal secara legal formal, hal ini bukan masalah, karena telah tercakup dalam APBN yang telah disetujui para wakil rakyat. Juga sebelumnya, beberapa gelintir wakil rakyat di daerah yang menolak apa yang disebut dengan uang balas budi, kadeudeuh, fasilitas-fasilitas mewah dari pemerintah, yang boleh jadi menurut hukum yang berlaku, itu bukanlah masalah.

Sebenarnya tidak perlu jauh-jauh memberi contoh, karena ternyata saya baru mengetahui bahwa ibu saya sendiri adalah seorang wara'. Pada awal 90-an, ibu adalah seorang wanita karir yang bekerja di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta. Posisinya pun sudah lumayan, setara dengan level manajer. Secara kasat mata, beliau sangat jauh dari kesan sufi atau orang alim. Beliau belum berhijab, tidak pernah mengecap sekolah agama (apalagi mentoring), bergaul dengan para yuppies yang gemar pesta, dan sebagai karyawati, sering meninggalkan suami dan anak-anaknya untuk bekerja. Suatu hari, beliau kaget melihat rekening tabungannya yang membengkak hingga 500 juta rupiah (pada saat itu, jumlah sebanyak ini dapat membeli 4-5 buah baby benz). Alih-alih bergembira, beliau malah mendatangi bank tersebut, yang juga satu holding company dengan perusahaan tempatnya bekerja. Ia telah menduga telah terjadi kesalahan transfer antar rekening, dan ternyata benar. Maka ibu pun memarahi pihak bank itu. Bagaimana tidak marah, kalau kecerobohan itu terus berlanjut, bukan tak mungkin bank tersebut pailit. Dan faktanya, bank itu akhirnya dilikuidasi oleh Mar'ie Muhammad, menteri keuangan era orde baru dahulu. Padahal bisa saja ibu memindahkan uang tersebut ke rekening lain, dan menggunakannya dengan sesuka hati, toh tak ada delik hukum yang bisa menjamahnya, karena itu murni kecerobohan pihak bank.

Memang untuk menghidupkan kembali nilai-nilai kebajikan ini perlu proses yang sangat panjang. Cara yang efektif adalah keteladanan. Pemimpin kepada rakyatnya, atasan kepada bawahannya, orang tua kepada anaknya, guru kepada muridnya, dan lain sebagainya. Tidak perlu lah gembar-gembor penegakan syari'at islam, kalau ternyata nilai-nilai ini masih banyak terlupakan.

Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
suci lahir dan di dalam bathin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat
Singkirkan debu yang masih melekat

Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya
Adalah Dia di atas segalanya
(Untuk Kita Renungkan - Ebiet G Ade, 1982)

20.10.04

TINJAUAN PUSTAKA: SISTEM PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH

Pendahuluan
Pada tinjauan pustaka ini, saya akan membahas salah satu topik dalam perbankan Islam, yaitu sistem pembiayaan pada bank syariah. Dalam membahas topik ini, saya meninjau tiga buku tentang perbankan Islam, yakni: Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik karya Muhammad Syafi’i Antonio, Al Qur’an: Menuju Sistem Moneter yang Adil karya Umer Chapra, dan Interest-Free Commercial Banking karya Abdul Gafoor.

Berdasarkan ketiga buku di atas, secara umum topik di atas terdiri dari tiga sub-topik, yaitu: pembiayaan investasi (investment financing), pembiayaan konsumtif (trade financing), dan pembiayaan modal kerja (lending).

Kapasitas ketiga penulis di atas dalam bidang ekonomi Islam, khususnya perbankan, tidak diragukan lagi. Muhammad Syafi’i Antonio adalah seorang pakar dan praktisi perbankan syariah dan sudah sejak lama bergelut di dunia perbankan syariah Indonesia. Umer Chapra adalah guru besar di bidang ekonomi Islam di Pakistan dan praktisi perbankan syariah yang kiprahnya diakui di skala internasional. Sedangkan Abdul Gafoor adalah pengamat perbankan Islam asal Malaysia dengan reputasi internasional.

Dengan meninjau ketiga buku dari ketiga tokoh perbankan Islam dari tiga negara yang berbeda ini, diharapkan dapat membuka cakrawala wawasan kita tentang sistem pembiayaan pada perbankan syariah dan menawarkan solusi terbaik bagi umat untuk memperoleh pendanaan yang bebas riba.

I. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna mengadakan rahabilitasi, perluasan usaha, ataupun pendirian proyek baru. Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:
1. Untuk pengadaan barang-barang modal.
2. Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah.
3. Berjangka waktu menengah dan panjang.

Pada bank syariah, pembiayaan investasi menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini, bank memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan. Secara bertahap, bank melepaskan penyertaannya dan pemilik perusahaan akan mengambil alih kembali, baik dengan menggunakan surplus cashflow yang tercipta maupun dengan menambah modal, baik yang berasal dari setoran pemegang saham yang ada maupun dengan mengundang pemegang saham baru. (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 167)

Terdapat tiga macam pembiayaan investasi: musyarakah, mudharabah, dan pembiayaan berdasarkan estimated rate of return. Pada skema musyarakah, bank ikut mengambil bagian dalam suatu usaha dan kedua belah pihak (bank dan nasabah) berpartisipasi dalam berbagai aspek pada suatu proyek atau usaha dengan derajat tertentu. Keuntungan dan kerugian ditanggung kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Setelah berlalunya periode awal yang telah ditentukan, bank dapat menarik diri dalam pembiayaan secara bertahap.

Pada skema mudharabah, bank menanamkan dana dan nasabah atau klien menangani masalah teknis, manajemen, dan tenaga kerja. Keuntungan dibagi pada kedua belah pihak dengan proporsi yang telah disepakati, namun jika terjadi kerugian, bank harus menanggung total kerugian tersebut.

Pada pembiayaan berdasarkan estimated rate of return, bank memperkirakan tingkat pengembalian modal yang diinginkan pada proyek tertentu kemudian menyediakan pembiayaan ketika klien menyanggupi membayar tingkat pengembalian tersebut kepada bank. Jika keuntungan melebihi tingkat pengembalian, maka klien dapat memperoleh kelebihan tersebut. Jika keuntungan kurang dari tingkat pengembalian, maka bank menurunkan tingkat pengembalian. Jika klien mengalami kerugian, bank ikut menanggung kerugian tersebut. (Abdul Gafoor, 1995: 43)

Sedangkan menurut Umer Chapra, mudharabah adalah suatu bentuk organisasi yang di dalamnya seorang pengusaha (mudharib) menyediakan manajemen tetapi dananya dari pihak lain, berbagi keuntungan dengan penyandang dana (shahibul maal, investor) dalam suatu perjanjian yang disepakati. Penyandang dana membiayai pengusaha tidak dalam kapasitasnya sebagai pemberi pinjaman melainkan sebagai investor. Dia adalah pemilik atas seluruh atau sebagian usaha dan berbagi risiko bisnis sebesar keikutsertaannya dalam keseluruhan biaya usaha. Pengusaha mengelola dana investasi dengan keleluasaan yang diberikan penyandang dana sesuai dengan kesepakatan.

Syirkah atau musyarakah adalah suatu bentuk organisasi usaha yang di dalamnya dua orang atau lebih mengambil bagian baik dalam pembiayaan maupun dalam manajemen usaha, dalam proroporsi yang sama atau tidak sama besar. Laba dapat dibagi dengan perbandingan setara yang disepakati bersama. Meskipun demikian, kerugian harus dipikul secara proporsional sesuai dengan besarnya perbandingan modal usaha. (Umer Chapra, 1997: 44-45)

II. Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti yang telah diketahui secara umum, kebutuhan konsumsi terdiri dari kebutuhan primer (makanan,minuman,tempat tinggal, pakaian, pelayanan kesehatan, pendidikan) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer.

Bank syariah menyediakan pembiayaan komersial untuk pemenuhan kebutuhan barang konsumsi dengan menggunakan skema berikut ini:
1. Al bai’ bi tsaman ajil atau jual beli dengan angsuran.
2. Al ijarah al muntahia bittamlik atau sewa beli.
3. Al musyarakah mutanaqishah atau decreasing participation: pihak bank secara bertahap menurunkan jumlah partisipasinya.
4. Ar Rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa.

Pembiayaan konsumsi di atas digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder. Pada umumnya kebutuhan primer tidak dapat dipenuhi dengan pembiayaan ini. Seseorang yang belum mampu mencukupi kebutuhan primernya dikategorikan fakir atau miskin. Maka ia wajib diberi zakat atau sedekah, atau maksimal diberikan pinjaman kebajikan (al qardh al hasan), yaitu pinjaman dengan kewajiban pengembalian pinjaman pokoknya saja, tanpa imbalan apapun. (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 168)

Menurut Abdul Gafoor, pembiayaan konsumsi terdiri dari mark-up, leasing, hire-purchase, sell-and-buy-back, dan letters of credit.

Disebut mark-up apabila pihak bank membeli barang yang diinginkan klien dengan kesepakatan bahwa klien setuju untuk membayar barang itu beserta keuntungannya kepada bank. Leasing; dimana bank membeli barang yang diinginkan klien dan menyewakannya kepada klien dengan periode yang disepakati bersama. Di akhir periode, klien membayar selisih harga yang disepakati di awal periode kepada bank untuk menjadi pemilik barang tersebut. Skema hire-purchase hampir sama dengan leasing. Bedanya klien hanya membayar sewa dengan periode tertentu yang telah disepakati dan pada akhir periode, klien secara otomatis menjadi pemilik barang tersebut. Jika klien menjual salah satu barang miliknya kepada bank dengan harga yang disepakati bersama dengan syarat ia akan membeli kembali barang itu setelah periode tertentu dengan harga yang telah disepakati. Skema ini dinamakan sell-and-buy-back. Letters of credit adalah skema dimana bank menggaransi atau menjamin impor suatu barang dengan dananya sendiri untuk pihak klien, lalu kedua pihak berbagi keuntungan dari hasil penjualan barang tersebut. (Abdul Gafoor, 1995: 43-44).

Pada buku Umer Chapra, tidak ada pembahasan secara khusus mengenai pembiayaan konsumtif, namun penulis mendapatkan skema yang dapat digunakan pada pembiayaan konsumtif pada sub-bab yang membahas bank komersial. Skema-skema itu adalah: leasing dan bay’ al muajjal.

Ada dua macam leasing: financial lease dan operating lease. Financial lease menyangkut persetujuan yang tidak dapat dibatalkan antar bank dan konsumennya agar bank membeli suatu aset tertentu dan menyewakannya kepada konsumen untuk jangka waktu menengah atau panjang. Pada akhir periode yang disepakati, aset tersebut dikembalikan kepada bank. Operating lease berbeda dari financial lease dalam dua hal. Pertama, bahwa operating lease dapat dibatalkan dan biasanya dilakukan hanya untuk periode yang relatif lebih singkat. Kedua, dalam operating lease, bank bertanggung jawab sepenuhnya atas biaya pemilikan.

Bay’ al muajjal adalah istilah untuk mengacu pada suatu kesepakatan yang di dalamnya pembelian barang oleh bank dikehendaki oleh konsumennya yang membutuhkan barang tersebut, dan kemudian menjual barang tersebut kepada konsumen dengan harga yang disepakati dengan memberikan keuntungan tertentu kepada bank. Pembayaran dilakukan oleh konsumen dalam periode tertentu yang ditentukan dengan cara kredit atau tunai. (Umer Chapra, 1997: 145-148)


III. Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif; (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

Unsur-unsur modal kerja terdiri dari komponen-komponen alat likuid (cash), piutang dagang (receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri dari persediaan bahan baku (raw material), persediaan barang dalam proses (work in process), dan persedian barang jadi (finished goods). Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas (cash financing), pembiayaan piutang (receivable financing), dan pembiayaan persediaan (inventory financing).

Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan menjalin kemitraan dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pengusaha (mudharib). Skema pembiayaan semacam ini disebut dengan mudharabah (trust financing). Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang menjadi bagian bank. (Muhammad Syafi’i Antonio, 2001: 160-162)

Abdul Gafoor memaparkan pembiayaan modal kerja ini dengan cukup singkat. Pembiayaan ini terdiri dari: pinjaman dengan ongkos pelayanan (loans with a service charge), pinjaman tanpa ongkos (no-cost loans), dan overdrafts.

Pinjaman dengan ongkos pelayanan adalah pinjaman yang diberikan bank tanpa bunga, namun untuk menutupi pengeluarannya, bank menetapkan ongkos pelayanan. Penetapan ongkos pelayanan maksimal dilakukan oleh pihak yang berwenang (pemerintah). Pinjaman tanpa ongkos dan overdrafts diberikan bank kepada golongan ekonomi lemah seperti petani kecil, wiraswasta, produsen kecil, dan sebagainya. Dana pinjaman ini diperoleh dengan menyisihkan sebagian pendapatan bank. (Abdul Gafoor, 1995: 44)
Dalam buku Umer Chapra, penulis tidak menemukan pembahasan yang berkenaan pembiayaan modal kerja. Nampaknya Umer Chapra menggeneralisasikan tema ini dalam skema mudharabah dan musyarakah yang telah dijelaskan pada pembahasan pembiayaan investasi.

IV. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan penulis terhadap tiga buku ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem pembiayaan pada bank syariah memposisikan debitor (nasabah) dan kreditor (bank) pada posisi sejajar atau kemitraan, dimana kedua pihak saling bersepakat dan risiko ditanggung bersama.
2. Bank membebaskan debitor dari beban bunga (interest) yang harus dibayar walaupun dalam kondisi merugi.
3. Sebagai ganti dari bunga, bank menetapkan ongkos pelayanan yang nilai maksimumnya ditetapkan oleh lembaga yang berwenang (pemerintah).
4. Untuk kalangan pengusaha kecil, bank dapat memberikan pinjaman tanpa bunga dan ongkos pelayanan. Debitor cukup mengembalikan pinjaman pokok dalam kurun waktu tertentu.

Empat kesimpulan di atas merupakan empat keunggulan sistem pembiayaan syariah dibandingkan pada bank konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah solusi terbaik untuk mengatasi masalah umat, dan dalam konteks ini, masalah perekonomian umat yang saat ini sedang terpuruk.


Mekanisme Transpor Muatan Pada Sel Surya Polimer

Polimer banyak dipelajari karena struktur dan sifat-sifat mekanisnya yang unik dan atraktif. Penemuan polimer yang dapat menghantarkan listrik atau polimer konduktif pada pertengahan tahun 1970-an telah melahirkan penelitian yang intensif yang menunjukkan bahwa sifat-sifat elektrik pada polimer berkisar dari insulating (tidak dapat menghantar), semiconducting sampai conducting (konduktivitas >100.000 S/cm). Material jenis baru yang bersifat semikonduktif dan konduktif ini dapat disebut gabungan sifat-sifat elektrik dan optik semikonduktor anorganik dengan polimer yang memiliki kelenturan mekanis. Akan tetapi, mekanisme pembawa muatan dan transpor muatan pada polimer semikonduktif memiliki perbedaan mendasar dengan semikonduktor anorganik.

Polimer semikonduktif dan konduktif adalah polimer terkonjugasi yang menunjukkan perubahan ikatan tunggal dan ganda antara atom karbon pada rantai utama polimer. Ikatan ganda diperoleh dari fakta bahwa karbon memiliki 4 elektron valensi, namun pada molekul terkonjugasi hanya mengikat tiga (kadang-kadang dua) atom lain. Elektron yang tersisa membentuk ikatan π-elektron yang terdelokalisasi pada seluruh molekul. Rantai polimer dapat sangat panjang, namun panjang konjugasi sepanjang rantai dapat dipotong sampai kurang dari 100 nm. Tingkat-tingkat molekular dikelompokkan dalam pita-pita (bands), dan pada limit panjang konjugasi yang sangat panjang, gambar struktur pita pada semikonduktor anorganik dapat digunakan pada semikonduktor organik. Batas pita pada pita valensi menunjukkan Highest Occupied Molecular Orbital (HOMO) dan batas pada pita konduksi disebut Lowest Unoccupied Molecular Orbital (LUMO).

Fotoeksitasi pada polimer
Celah energi antara tingkat HOMO dan LUMO pada polimer terkonjugasi sama dengan besar range energi foton yang dapat terlihat. Pada penyerapan foton yang datang, sebuah elektron berpindah ke tingkat LUMO, meninggalkan sebuah lubang (hole) pada tingkat HOMO. Dua spesi utama yang tereksitasi yang disebabkan penyerapan foton dijelaskan di bawah ini.

Singlet Excitons
Setelah penyerapan foton, pasangan electron-hole membentuk singlet exciton. Artinya, electron dan hole tetap pada rantai polimer yang sama dan terikat satu sama lain karena ikatan elektrostatik. Tingkat energi singlet exciton terletak pada celah HOMO-LUMO. Exciton dapat bermigrasi dalam film menuju tingkat energi yang lebih rendah. Umur singlet exciton berkisar antara ratusan pikodetik (10-12 detik).

Energi ikat singlet exciton Eb telah menjadi subyek perdebatan besar pada dekade terakhir ini. Nilai Eb berkisar antara Eb (kurang dari kbT) sama dengan 25 meV, yang berarti pada suhu ruangan elektron dan hole tidak terikat, Eb setara dengan 1 eV. Bukti mengindikasikan bahwa pendapat yang lain (Eb setara dengan 0,3 sampai 0,4 eV) memberikan gambaran yang benar pada sebagian besar polimer terkonjugasi.

Polarons
Pada penambahan muatan pada rantai polimer, rantai akan terurai untuk mengurangi energi carrier. Muatan dan penguraian ini bersama-sama memunculkan sebuah polaron, yang dilambangkan P+ dan P- bergantung tanda muatan. Tingkat energi polaron terletak pada celah HOMO-LUMO. Polaron dapat melintas sepanjang rantai terkonjugasi. Ketika polaron mencapai akhir segmen terkonjugasi, terjadi proses “melompat” (hopping) kepada rantai terkonjugasi yang lain. Maka pada medan listrik, kombinasi polaron yang melintas dan melompat ini menyebabkan transpor muatan pada film.

Di sini harus diperhatikan bahwa pada pembuatan pasangan polaron P+/P- pada proses penyerapan foton, elektron dan hole harus dalam keadaan terpisah pada jarak yang cukup agar tidak terdapat gaya Coulomb yang megikat mereka. Ini dapat dilakukan dengan memindahkan elektron dan hole dalam waktu femtodetik setelah proses penyerapan foton dari rantai atau dengan menjebak salah satu muatan yang cacat.

Energi Zero-point

Dewasa ini, Indonesia dan dunia pada umumnya, disadari atau tidak, tengah menghadapi krisis energi yang semakin dekat. Umat manusia saat ini masih amat bergantung dengan sumber energi tak terbarukan (unrenewable energy source), yaitu minyak bumi, gas bumi, dan batubara. Sumber energi ini, yang dapat disebut bahan bakar fosil, terbentuk dari berbagai macam organisme prasejarah yang tertimbun di dalam tanah dan mengalami proses organik dalam kurun waktu ribuan hingga jutaan tahun. Karena proses pembentukan yang sangat lama inilah diberikan istilah tak terbarukan pada sumber energi ini.

Seiring dengan ledakan populasi penduduk, kemajuan teknologi yang semakin pesat dan berbagai macam dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh energi tak terbarukan, membuat para ilmuwan dan peneliti di berbagai belahan dunia bekerja keras menemukan sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan (renewable energy source) dan ramah lingkungan. Contohnya, energi fuel cell yang berasal dari reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen. Energi biomassa berasal dari kotoran hewan atau manusia, telah dimanfaatkan di salah satu kota di India sebagai sumber listrik untuk lampu penerang jalan. Energi surya mulai banyak digunakan di negara maju sebagai sumber listrik cadangan di perumahan dan perkantoran. Namun ketiga alternatif ini belum dianggap sebagai solusi. Efisiensi yang rendah, ongkos yang masih terbilang mahal (kecuali biomassa) karena teknologi yang masih berkembang dipandang sebagai masalah yang krusial. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dimanfaatkan di banyak negara sebagai sumber listrik massal. Namun ketika bencana kekeringan melanda, kita pun tidak dapat berharap banyak.

Energi nuklir telah membawa harapan di banyak kalangan sebagai solusi untuk mengakhiri krisis energi ini. Namun bencana Chernobyl telah membuat ragu umat manusia akan faktor keamanan sumber energi ini. Efisiensi yang dihasilkan energi nuklir terbukti sangat tinggi. Penelitian membuktikan bahwa hanya 360 gram uranium dapat mencukupi kebutuhan listrik 1000 rumah penduduk dalam satu tahun. Akan tetapi resiko kebocoran reaktor nuklir juga terbukti sangat tinggi. Negara maju seperti Jepang yang terkenal akan budaya kedisiplinannya ternyata setiap tahunnya mengalami kebocoran pada reaktor nuklirnya.

Sebenarnya sejak tahun 1948, pakar fisika kuantum telah menemukan sebuah fenomena yang memungkinkan adanya energi terbarukan yang ramah lingkungan, murah dan menghasilkan daya yang sangat besar. Hendrick Casimir pada 1948 melakukan eksperimen dengan dua lempeng plat tipis dalam ruang vakum. Ia menemukan adanya eksistensi gaya di antara dua plat yang tidak bermuatan listrik itu yang disebabkan energi elektromagnetik yang mengelilingi plat dalam ruang vakum. Ini disebut juga efek Casimir (Casimir effect). 10 tahun kemudian, M.J. Spaarnay, fisikawan dari negeri Belanda, melanjutkan eksperimen Casimir ini dan menemukan bahwa gaya pada kedua plat ini tidak hanya disebabkan oleh energi termal (panas) tetapi juga dari tipe radiasi yang lain yang dikenal sebagai energi zero-point elektromagnetik. Energi zero-point adalah energi vibrasi yang menyebabkan gerak molekul walau dalam temperatur nol mutlak (0 Kelvin = -273º Celsius). Ini sesuai dengan aksioma dalam mekanika kuantum bahwa tidak ada suatu obyek pun yang dapat mencapai posisi dan kecepatan yang presisi dan konstan walau dalam temperatur nol mutlak. Maka molekul pun tidak akan pernah dalam keadaan diam.

Karena energi ini eksis dalam ruang hampa, maka energi zero-point ini bersifat homogen dan isotropik (identik dalam segala arah) juga dapat eksis di mana pun (ubiquitous). Intensitas energi ini pada frekuensi apapun berbanding lurus dengan besar frekuensi itu pangkat tiga (I ≈ f3). Konsekuensinya, intensitas medan energi meningkat dengan tak terbatas seiring dengan meningkatnya frekuensi yang menghasilkan rapat energi tak terbatas untuk spektrum radiasi. Ditinjau dari teori klasik tentang elektron, suatu ruang hampa dengan temperatur nol mutlak tidak dapat dianggap benar-benar hampa dari segala medan elektromagnetik, sehingga ruang hampa terisi dengan medan yang berfluktuasi secara acak yang memiliki spektrum energi zero-point.

Yang istimewa, energi ini memiliki rapat energi yang tak terbatas dan tersedia di mana pun, bahkan di luar angkasa. Akan tetapi, rapat energi tinggi hanya dapat eksis pada frekuensi yang tinggi pula. Metode konvensional saat ini hanya dapat mengonversikan energi secara efektif dan efisien pada frekuensi rendah sehingga untuk merealisasikan sumber energi ini masih sangat sulit. Saat ini, para fisikawan berusaha memecahkan masalah ini dengan mengembangkan antena atau alat penerima (receiver) yang dapat beroperasi pada frekuensi yang sangat tinggi. Pada 31 Desember 1996, Frank Mead mematenkan desain alat penerima radiasi zero-point yang dapat bekerja pada frekuensi sampai 1040 Hertz di kantor paten Amerika Serikat. Berbagai peneliti di seluruh dunia sedang berusaha menemukan anomali-anomali saintifik dalam merealisasikan energi zero-point ini. Usaha ini juga sebagai kunci menuju teori yang integral tentang alam semesta.

Akhirnya, jika energi yang tak terbatas ini dapat dikumpulkan dan dikonversikan kepada energi listrik, niscaya akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi dunia di masa yang akan datang. Singkatnya, energi zero-point adalah sumber energi masa depan yang efektif, efisien, murah, ramah lingkungan, dan, seperti kata Eliza Vitri Handayani dalam novelnya Area X, akan menjadikan teknologi nuklir seperti mainan anak-anak.

19.10.04

Maafkan...

Siang ini, aku merasa jadi orang paling tak berguna sedunia...
karena telah meninggalkan begitu saja, seorang ibu tua renta yang membutuhkan pertolongan...

Ya Allah, apakah masih ada pintu maaf...?

15.10.04

Pencerahan Jelang Ramadhan

Kata para ulama, wanita tidak bisa menjadi pemimpin, apalagi pemimpin negara. Mereka mendasarkannya dari dalil-dalil Al Qur'an dan sunnah Rasul. Akan tetapi sejujurnya, deep down inside, saya belum mempercayai teori itu. Banyak sudah kita saksikan para pemimpin wanita yang sukses memimpin bangsanya. Sebut saja Margareth Thatcher di Inggris, Gloria Arroyyo di Filipina, dan Helen Clark di New Zealand. Bahkan kalau kita menengok balik ke ribuan tahun yang lalu, Ratu Bilqis berhasil membawa Saba menjadi negeri besar pada zamannya.

Sampai kemarin, pandangan saya masih belum berubah, sampai akhirnya kemarin malam seorang sahabat perempuan saya berhasil meluruskan kembali pemikiran 'nyeleneh' saya ini. Saya benar-benar tidak menyangka kalau ia, yang selama ini saya kenal sebagai perempuan yang cerdas, kritis, dan independen, dapat mengambil sebuah keputusan yang sangat emosional, yang cukup membuat saya shocked, berkaitan masalah di antara kami. Walau ia menarik lagi keputusannya, dan pada akhirnya persahabatan kami kembali normal, kejadian ini akhirnya meluruskan pandangan saya sebagai seorang muslim, yang seharusnya mengimani segalanya yang ada dalam Qur'an dan sunnah.

Bolehlah dikatakan Thatcher, Arroyyo, Clark, bahkan Ratu Bilqis berhasil dalam memimpin negerinya. Namun bukan berarti tidak ada masalah selama pemerintahan mereka. Masalah moral misalnya, yang akhirnya menyebabkan musnahnya negeri Saba, dan tetap manjadi problem serius dalam masyarakat di negara-negara maju saat ini. Dan mereka, khususnya Thatcher, Arroyyo, dan Clark, memimpin negaranya dengan sistem sudah tertata, tingkat kesejahteraan yang tinggi, dan kultur masyarakatnya yang memandang secara setara (dalam istilah feminis liberal) hubungan antara laki-laki dan wanita. Coba kalau mereka ditugaskan memimpin negeri yang sekompleks dan seamburadul negeri kita, Indonesia... dapat kita bayangkan.

Walaupun begitu, saya tetap tidak setuju dengan pandangan-pandangan bahwa perempuan adalah subordinat laki-laki. Keduanya diciptakan dengan segenap potensi rasio dan emosi, hanya dalam kadar yang berbeda-beda, dan dengan tugas yang berbeda pula. Perempuan memiliki potensi emosi yang melebihi potensi rasionya, sehingga dikhawatirkan tidak dapat mengambil keputusan secara jernih dalam keadaan genting. Maka dari itu wanita tidak tepat untuk posisi pemimpin negara. Berbeda dengan laki-laki yang memiliki potensi rasio lebih tinggi dari emosinya, sehingga dapat memutuskan dengan kepala dingin. Dan bila kita cermati pola ini, kita dapat menangkap maksud yang ada di 'Kepala' Sang Pencipta, bahwa laki-laki dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain, tidak ada istilah laki-laki di atas perempuan, atau perempuan di atas laki-laki. Keduanya memiliki pola hubungan yang sinergis dan egaliter dalam upaya meraih keridhaanNya. Subhanallah!

Alhamdulillah, menjelang Ramadhan ini, sebuah pencerahan telang datang, melalui dalamnya makna persahabatan. Kata orang, pengalaman adalah guru terbaik. Kata saya, persahabatan adalah guru terbaik.

11.10.04

Senin Malam di Kafe Halaman

Tidak seperti biasanya, hari senin selepas magrib saya masih berada di lab. Tapi jangan kira saya mengerjakan TA, saya malah pontang-panting mengetik tugas makalah kuliah hukum lingkungan. Kala itu hanya saya sendiri di lab. Kawan-kawan mahasiswa yang satu pembimbing dan satu KBK, serta bapak-bapak dan ibu-ibu S2 sudah pada cabut dari sebelum magrib.

Pukul 8 lewat dikit, ketika saya hampir menyelesaikan makalah, masuklah pak Freddy. Beliau adalah pembimbing TA saya. Masih lajang dan berusia kira-kira awal 30-an. Alumni ITB angkatan 91, lalu meneruskan S2 juga di ITB, dan akhirnya pada 1999 berangkat ke Jerman, tepatnya kota Tuebingen, guna melakukan research doktoralnya di bidang Medizinische Physik atau fisika medis, yang juga jadi tema TA saya. lalu kembali ke ITB sebagai dosen pada awal tahun ini. Pembawaannya yang cair dan humoris membuatnya cukup dekat di kalangan mahasiswa. Nyatanya, ia selalu jadi dosen penguji favorit pilihan para mahasiswa yang akan menempuh sidang TA. "Fadil udah makan?", tanyanya. "Belum pak", jawab saya datar. "Makan bareng saya yuk!", ujarnya. Wah, saya berpikir ini momen bagus untuk ngobrol dan sharing pikiran. Kapan lagi coba bisa makan bareng doktor, hehehe. "Wah, sebentar pak, ini dikit lagi, tanggung." jawab saya. "Emangnya kamu lagi bikin apa?" tanya pak Freddy. "Hehe, ini pak, tugas kuliah hukum lingkungan.", jawab saya tersipu. Waduh, ketahuan dah make lab bukan buat TA, hehehe. Untunglah, pak Freddy hanya tertawa, tapi dalam hatinya siapa tahu? "Buat besok pagi lagi??" tanyanya. "Ngga sih pak, besok jam 3 sore." "Ooh, masih lama lah." "Ini dikit lagi selesai kok pak." Singkat kata, setelah saya menyelesaikan tugas, akhirnya kami meninggalkan lab menuju tempat parkir.

Dalam perjalanan ke tempat parkir, saya sempat menanyakan isu adanya ujian kompre di fisika. Wah, gawat juga kalo bener, masa harus ngulang pelajaran dari awal lagi sih?! Lalu jawab beliau, "haha, ah masa sih, saya baru denger tuh. Tapi bagus lah, saya setuju itu!" Huh, dasar wiro dan adit, bigos banget tu anak dua!! "Eh, mau makan dimana nih??" tanya pak Freddy. "Wah, terserah bapak aja deh." Jujur, saya mengira kalau beliau terbiasa makan di warung-warung makan kelas mahasiswa. lalu saya memberi saran untuk makan di deretan warung makan belakang salman, yang terkenal dengan lalat-lalatnya yg lincah itu. "Oh, disana ada makanan apa aja?" tanyanya ragu. "Saya biasanya makan di Kartika Sari, tapi takutnya jam segini dah tutup. Gini aja deh, Fadil tau kafe halaman kan? kita makan di sana aja lah! Bentar ya, saya ambil uang dulu di atm BNI." Alahmak, kafe halaman?? kayanya bakal ditraktir neh, tp sbenernya ga enak juga sih.. tp udahlah, kapan lagi bisa ngobrol-ngobrol sama beliau? Hehe, batin saya segera mencari pembenaran.

Dengan mengendarai vespa, saya segera menyusul pak Freddy ke atm BNI. "Fadil tau kan kafe halaman? langsung kesana aja, saya naik angkot aja, Fadil ga bawa helm 2 kan?" Wadduh, tambah ga enak aja nih. "Ga papa kok pak, kan ga ada polisi.", jawab saya sekenanya. Mendengar jawaban saya, beliau tetap menolak. Wah, ternyata kultur disiplin barat telah tertanam dalam pada diri beliau.

Kafe Halaman pukul setengah sembilan malam. Suasana cukup ramai, banyak tamu yang datang, kebanyakan dari kalangan menengah atas dengan deretan mobil yang memenuhi tempat parkir. Ada seorang wanita yang turut membawa anjing peliharaannya, ada sekumpulan muda-mudi yang asyik bercengkrama dengan laptopnya. Dan kami, dosen pembimbing dengan mahasiswa bimbingannya.. kedengaran janggal ya, hehehe. Saya sempat bingung memesan makanan. Saya menanyakan makanan apa yang akan dipesan pak Freddy. "Nanti pilihan saya mempengaruhi kamu lagi. Udah, pesen aja!", jawab beliau. Hiks, padahal kalau saya makan di tempat semacam ini bersama ortu, santai aja pesen makanan paling enak, tapi sekarang suasananya berbeda 180 derajat! Akhirnya spaghetti bolognaise dan ice tea jadi pilihan saya. Tak terlalu mahal dan saya menyukainya. Pak Freddy pesan yahun, dan harganya.. lebih murah 9000 perak dari pesanan saya, aduhh...

Tapi akhirnya saya berusaha sekuat tenaga menyingkirkan perasaan tidak enak itu. Dan memang, banyak pengetahuan baru yang saya dapat selama kami ngobrol. Ada perasaan gemas, ketika mengetahui ada beberapa gelintir mahasiswa Indonesia yang berwatak culas ketika sekolah di Jerman. Mereka dibiayai oleh BPPT untuk riset dan sekolah di sana, dan status mereka sebagai pegawai negeri di BPPT. Eh, ternyata setelah mereka menyelesaikan sekolahnya, enggan untuk kembali ke tanah air dan bekerja di BPPT. Brengseknya lagi, gaji mereka sebagai pegawai negeri yang cuma ratusan ribu tetap diambil, padahal penghasilan mereka di Jerman sangat jauh melebihi itu. Memang pemerintah dalam hal ini juga salah. Percuma aja menyekolahkan orang sebanyak-banyaknya ke negara-negara maju, tetapi masih pelit mengeluarkan dana untuk kemajuan riset dalam negeri. Padahal saya pernah dengar, kemajuan suatu negara diukur dari giat atau tidaknya riset iptek di negara tersebut. Yah, mudah-mudahan pemerintahan yang baru ini menyadarinya.

Saya juga dikasih wejangan-wejangan, berkaitan dengan TA saya. Beliau secara halus mengkritik naskah teori dasar saya yang katanya terlalu naratif, tidak cocok untuk sebuah karya ilmiah yang seharusnya menggunakan bahasa pasif. Huh, sebenarnya saya udah tau hal itu, cuma kok bisa lupa ya?? Sial, percuma aja Technical Writing dapet A!

Sekitar pukul 10, kami pun bergegas pulang. Besoknya saya harus kuliah pagi, begitu juga pak Freddy harus mengajar pagi. "Kalau profesor di Jerman traktir mahasiswanya, dia catat nama-namanya supaya dapet refund dari uni.", candanya. Hahaha, tapi sepertinya beliau tidak akan melakukan itu. Fiuh, lumayan memang, beliau membayar 50 ribu perak untuk pesanan kami tadi. "Makasih ya, udah nemenin makan!", ujarnya. "Waduh, makasih juga pak, maaf ngga bisa nganterin lagi!", jawab saya dengan tidak enak. Akhirnya kami berpisah. Waah, gumamku dalam hati, inilah enaknya punya dosen pembimbing masih bujangan, siapa sangka bakal di traktir makan, di kafe pula, hehehe!

5.10.04

Pelestarian Lingkungan VS Kepentingan Kapitalis (Bagian II - Terakhir)

Dengan ditahannya 5 orang eksekutif NMR, kepolisian dapat diasumsikan bertindak berdasarkan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997 (UUPLH 23/1997). Kelima orang tersebut yakni, Manajer Maintenance dan Produksi Phil Turner, Manajer Eksternal David Sompie, Superintendent Pengolahan Limbah Putra Wijayatri, Superintendent Environment Jerry Kojansow, dan Site Manager William Long.

Pengelolaan lingkungan hidup menurut UUPLH 23/1997 mengandung pengertian:
1.Secara hukum, yaitu tanggung jawab atas akibat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh suatu kegiatan. Dalam hal ini, kepolisian menahan Site Manager dan Manajer Maintenance dan Produksi.
2.Secara teknis, yaitu pengendalian/minimasi kerusakan ekologi yang berakibat kepada kehidupan yang diderita manusia. Dalam hal ini, Kepolisian menahan Superintendent Pengolahan Limbah.
3.Secara ekonomi, yaitu upaya-upaya yang terus dilakukan untuk pencegahan dan kompensasi resiko atau kerusakan terhadap lingkungan hidup (environmental impact fund). Dalam hal ini kepolisian menahan Superintendent Environment.
4. Secara social, yaitu usaha untuk mempertahankan mutu kehidupan manusia dalam keseimbangan dan ekologinya. Dalam hal ini kepolisian menahan Manajer Eksternal.

Dengan adanya bukti-bukti yang telah diperoleh kepolisian dari Laboratorium Forensik Mabes Polri, hasil penelitian FMIPA UI, Laboratorium Pemeriksaan Dopping dan Kesehatan Masyarakat Provinsi DKI, dan penelitian tim khusus yang dibentuk pemerintah Indonesia, maka tindakan kepolisian menahan kelima karyawan tersebut dapat dibenarkan.

Adapun kekhawatiran Perhapi tentang kondisi investasi pertambangan dewasa ini karena adanya kasus Buyat adalah kekhawatiran jangka pendek dan hanya memikirkan keuntungan material jangka pendek semata. Dengan adanya bukti-bukti dimiliki kepolisian, seharusnya Perhapi mengkhawatirkan kondisi lingkungan hidup di Teluk Buyat yang tercemar parah sehingga mengganggu keseimbangan ekologi dan merusak kesehatan penduduk terutama nelayan yang mencari makan di perairan Teluk Buyat.

Bagaimanapun, kelestarian lingkungan hidup dan nasib masyarakat harus lebih didahulukan ketimbang kepentingan material. Apabila lingkungan hidup sudah sedemikian rusaknya, yang terlebih dahulu merasakan akibatnya adalah masyarakat sekitar yang notabene adalah penduduk dengan penghasilan di bawah rata-rata. Kehadiran NMR juga dirasakan tidak membawa dampak positif yang signifikan kepada warga Teluk Buyat. Alih-alih kondisi ekonomi mereka terangkat, malah menderita gangguan kesehatan yang serius akibat limbah tailing yang dibuang NMR ke perairan Buyat.

Lalu, bukan berarti keuntungan material dari kegiatan pertambangan selalu bertentangan dengan kepentingan kelestarian lingkungan hidup. Korporasi pertambangan yang memenuhi syarat ialah yang telah memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sesuai UUPLH 23/1997 pasal 15 dan memiliki sarana pengolahan limbah yang berfungsi baik (UUPLH 23/1997 pasal 16). Pemerintah telah memiliki standar pengelolaan lingkungan hidup yang tertuang dalam undang-undang tersebut. Yang harus dilakukan pelaku kegiatan pertambangan termasuk korporasi semacam NMR hanya mematuhinya dan memastikan kegiatan usahanya tidak melanggar standar tersebut. Itulah yang disebut kepastian hukum, khususnya dalam bidang lingkungan hidup.

Untuk itu, NMR dalam struktur organisasi perusahaannya terdapat Superintendent Pengolahan Limbah dan Superintendent Lingkungan yang bertanggungjawab agar limbah yang dihasilkan untuk diolah agar tidak berbahaya bagi lingkungan hidup sekitarnya. Ketika terbukti NMR mencemari lingkungan, maka selayaknyalah para eksekutif penanggungjawab termasuk kedua pejabat tersebut ditahan atas tuduhan tersebut.

Namun menurut WALHI, JATAM dan ICEL, penetapan ini belumlah cukup, karena menurut pasal 46 UUPLH 23/1997, tuntutan atas dugaan tindak pidana lingkungan hidup yang dilakukan oleh korporasi dijatuhkan baik terhadap korporasi tersebut maupun terhadap mereka yang memberi perintah atau bertindak sebagai pemimpin dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya. Dalam hal korporasi sebagai tersangka, maka yang mewakili korporasi tersebut sebagai badan hukum adalah eksekutif puncaknya.

Masih menurut undang-undang tersebut, pada pasal 34 dan 35 disebutkan bahwa pihak penanggungjawab kegiatan pertambangan, dalam hal ini NMR, wajib membayar kompensasi atas dampak kerusakan lingkungan hidup Teluk Buyat atau environmental impact fund. Maka NMR harus menanggung seluruh biaya pengobatan warga Buyat yang mengalami gangguan kesehatan akibat pencemaran di perairan Buyat dan mengganti kerugian atas rusaknya biota air akibat pencemaran logam berat yang berasal dari limbah tailing NMR.

Maka dapat disimpulkan bahwa:
1.Tindakan kepolisian menahan lima orang eksekutif PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) terkait kasus pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah tailing NMR di Teluk Buyat sudah tepat dan sesuai dengan Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997.

2.Kekhawatiran Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia (Perhapi) yang menyatakan bahwa penahanan tersebut dapat memberikan dampak negatif terhadap investasi pertambangan dan berpotensi menimbulkan ribuan sarjana pertambangan menganggur tidak relevan. Kekhawatiran tersebut bersifat jangka pendek dan hanya mementingkan keuntungan material semata tanpa memperdulikan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan dan kualitas hidup masyarakat sekitar yang merasakan dampak pencemaran tersebut.

3.Menurut pasal 46 UUPLH 23 /1997, seharusnya kepolisian juga menahan pucuk pimpinan NMR disamping kelima orang eksekutif yang dianggap paling bertanggungjawab terhadap terjadinya pencemaran lingkungan.

4.Kasus ini tidak mempengaruhi investasi pertambangan di Indonesia, karena siapapun dapat melakukan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan di Indonesia sepanjang dampak negative terhadap lingkungan hidup sekitarnya dapat diminimalisasi.

Sumber:
- Harian Kompas edisi Senin, 27 September 2004
- Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997
- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia: http://www.walhi.or.id

Pelestarian Lingkungan VS Kepentingan Kapitalis (Bagian I)

Baru-baru ini telah terjadi kasus pencemaran lingkungan di daerah Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara yang melibatkan PT Newmont Minahasa Raya (NMR) yang melakukan kegiatan penambangan logam di daerah itu. Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2000 ton limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya.

Menurut laporan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), sejumlah ikan yang hidup di perairan Teluk Buyat ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.

Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004. Penelitian-penelitian ini dilakukan sebagai respon atas pengaduan masyarakat nelayan setempat yang menyaksikan sejumlah ikan mati mendadak, menghilangnya nener dan beberapa jenis ikan, serta keluhan kesehatan pada masyarakat. Dari laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb), Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont. Hal ini mengindikasikan bahwa pembuangan tailing Newmont di Teluk Buyat merupakan sumber pencemaran sejumlah logam berbahaya.

Pada perkembangan selanjutnya, pemerintah akhirnya menyimpulkan bahwa NMR telah mencemari lingkungan di Teluk Buyat. Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup Nabiel Makarim, kesimpulan diambil berdasarkan rekomendasi tim khusus yang dibentuk pemerintah untuk melakukan penelitian.

Kabareskrim Polri Komjen Suyitno Landung juga menjelaskan hasil penelitian Laboratorium Forensik Mabes Polri di lapangan yang membuktikan pencemaran di teluk dan muara Sungai Buyat. Pada gurita yang ditangkap di Teluk Buyat terdapat kandungan merkuri sebesar 0,016 ppm, pada ikan kerapu merah 0,0208 ppm, kerapu macan 0,0157 ppm dan napoleon 0,0276 ppm.  Sedangkan air dan sedimen yang diambil tepat di ujung tailing didapati 0,0033 ppm merkuri pada air dan 0,053 ppm pada sedimen. Sedangkan di muara Sungai Buyat ditemukan 0,0033 ppm merkuri pada air. Hasil Penelitian MIPA UI dan Laboratorium Pemeriksaan Dopping dan Kesehatan Masyarakat, Provinsi DKI serta Labfor Polri juga menunjukkan warga Buyat terkontaminasi logam berat merkuri dan arsen.

Akhirnya kepolisian resmi menangkap para eksekutif NMR yang dituduh bertanggungjawab terhadap terjadinya pencemaran Teluk Buyat. Deretan eksekutif NMR yang ditangkap antara lain, Manajer Maintenance dan Produksi Phil Turner, Manajer Eksternal David Sompie, Superintendent Pengolahan Limbah Putra Wijayatri, Superintendent Environment Jerry Kojansow, dan Site Manager William Long.

Namun Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai penahanan tersebut sebagai tindakan yang berlebihan yang bisa berpengaruh pada investasi tambang di Indonesia. Menurut Perhapi, ribuan sarjana pertambangan yang dihasilkan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya akan kesulitan mendapatkan lapangan kerja jika investor tambang semakin takut untuk masuk ke Indonesia.

Menyikapi penahanan kelima eksekutif PT. Newmont Minahasa Raya (NMR), Perhimpunan Ahli Tambang Indonesia (Perhapi) menilai, penahanan lima karyawan NMR terkait dengan kasus Buyat oleh pihak kepolisian sebagai tindakan yang berlebihan yang bisa berpengaruh pada investasi tambang di Indonesia. Menurut Perhapi, ribuan sarjana pertambangan yang dihasilkan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahun akan kesulitan mendapatkan lapangan kerja jika investor tambang semakin takut untuk masuk ke Indonesia.

Menurut Abdul Latief Baky, ketua Perhapi, dengan adanya kasus Buyat, investor tambang akan semakin takut untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Akibatnya, jika tak ada investasi baru lima tahun ke depan, secara otomatis kegiatan penambangan akan terhenti selama lima tahun mendatang. Padahal, masih menurut Latief, hingga saat ini terdapat sekitar 500.000 hingga 600.000 orang yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertambangan.

Irwandy Arif, dewan pakar Perhapi, menambahkan, bahwa dengan kondisi investasi tambang seperti sekarang ini, sudah terdapat potensi sekitar 1200 sarjana pertambangan yang bakal jadi pengangguran pada tahun 2005, karena setiap tahunnya Indonesia menghasilkan 600 sarjana pertambangan.

Sejak beberapa tahun terakhir, investasi pertambangan Indonesia mengalami stagnasi. Hal itu disebabkan investor mengkhawatirkan ketidakpastian hukum di Indonesia.

24.9.04

Potret Keluarga Imigran Indonesia di Malaysia

Juli lalu ibu saya dan saya berkesempatan mengunjungi negeri jiran kita, Malaysia. Dengan AirAsia (karena tiket yang supermurah), kami terbang meninggalkan Jakarta selama kurang lebih 1,5 jam dan mendarat di Senai International Airport, Johor Bahru. Sesaat sebelum pesawat mendarat, dari jendela pesawat terlihat hamparan kebun kelapa sawit yang mahaluas. Malaysia memang dikenal sebagai negara eksportir sawit terbesar di dunia.

Kami berencana untuk tinggal di rumah etek (bibi/tante dalam bahasa minang, jadi saya memanggilnya nenek) ibu saya di Kualalumpur. Maka, setelah meninggalkan Airport kami langsung naik shuttlebus (gratis) menuju Johor Bahru City Lounge, penduduk setempat menyebutnya pusat bandaraya (pusat kota). Sesampai di sana kami langsung menyewa taksi menuju terminal bus Larkin. Setelah membayar RM25 seorang, kami pun naik bus menuju Kualalumpur (KL). Jarak tempuh antara Johor Bahru dan Kualalumpur sekitar 360 km, dan kami sampai di tujuan dalam waktu kurang lebih 5-6 jam, itu pun setelah beberapa kali berhenti menurunkan penumpang dan istirahat. Cepat sekali bukan? Tidak heran, karena di Semenanjung Malaysia memang sudah dibangun jaringan jalan tol yang membentang dari selatan sampai utara yang menghubungkan hampir semua kota. Bahkan katanya, jaringan jalan tol itu membentang sampai Beijing, RRC!

Sesampai di KL, hari sudah sangat larut, sekitar pukul 1.30 dinihari. Setelah turun dari bus, kami pun menyewa taksi menuju rumah nenek saya. Untunglah beliau masih stand by, karena rasanya tidak enak juga datang ke rumah orang larut malam begitu.

Nenek saya itu bernama Mulhayani. Ibu memanggilnya Tek Mon, dan saya pun memanggilnya Nek Mon. Beliau hidup bersama suami keduanya dan 3 putrinya yang cantik (menurut saya). Beliau cerai, karena konflik keluarga, dari suami pertamanya pada pertengahan tahun 80-an. Pada saat itu mereka telah tinggal dan mencari nafkah di Malaysia. Diam-diam saya mengagumi nenek saya ini. Setelah mendengar kisah hidupnya, jelas sekali kalau ia wanita yang tegar dan penuh semangat. Setelah cerai, putri pertamanya sempat mengeluhkan nasib mereka selanjutnya, bagaimana ia akan terus sekolah dan hidup. Lalu beliau menenangkannya seraya menjawab, "walaupun sampai kaki saya di kepala dan kepala saya di kaki, kamu akan terus sekolah!" Dan perkataannya memang dibuktikan sendiri olehnya. Bersama suami keduanya Hamidun, - orang Medan yang merantau ke Malaysia- mereka banting tulang di negeri yang asing bagi mereka untuk bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya. Mereka mencoba berbagai macam bisnis, dari membuka kedai nasi, bangkrut, berdagang barang-barang elektronik, bangkrut lagi, dan akhirnya berdagang kain/kebaya yang bertahan sampai sekarang. Alhamdulillah, Allah memang selalu memudahkan jalannya rizki bagi hamba-hambanya yang berusaha dan bertawakal. Beliau bersama keluarganya sekarang tinggal di sebuah rumah yang cukup bagus untuk ukuran kelas menengah Malaysia dengan sebuah mobil sedan yang siap mengantarnya pulang pergi berniaga. Dua dari tiga putrinya telah lulus kuliah dan bekerja di perusahaan yang tergolong bonafid. Putri bungsunya sekarang masih kuliah di salah satu PTN di Melaka, tidak terlalu jauh dari KL.

Putri pertamanya bernama Gusrina atau Rina. Ia berusia 28 tahun dan telah menikah 1,5 tahun yang lalu dengan Rasyid, pria blasteran cina-melayu asal Kedah, seorang kapten pilot TUDM (Tentera Udara Diraja Malaysia). Mereka telah dikaruniai seorang putra berusia 5 bulan yang menggemaskan, namanya Syafik. Karena belum membeli rumah, mereka masih tinggal bersama Nek Mon. Tek Rina, menurut saya yang paling cantik. Ia memiliki kulit putih bersih, lambut lurus dan tubuh yang cukup proporsional. Tak heran Bang Rasyid meminangnya. Begitu juga Bang Rasyid yang tinggi besar dan juga berkulit putih. Bila saya melihatnya jalan berdua, tampak sangat serasi dan mencerminkan pasangan muda Malaysia yang mapan. Bagaimana tidak, Penghasilan Bang Rasyid sebagai pilot kerajaan sebesar RM7000 (Rp17,5 juta). Belum lagi gaji Tek Rina yang bekerja di salah satu anak perusahaan Petronas RM3500 (Rp8,75 juta). Jumlah yang lebih dari cukup untuk hidup enak di Malaysia. Tak heran kalau masing-masing dari mereka memiliki mobil. Kami sering diantar jalan-jalan oleh mereka ke berbagai tempat di KL. Sebagai wanita karier, Mau tak mau Tek Rina sering meninggalkan Syafik di rumah bersama pengasuhnya. Pergi pagi pulang sore, begitulah rutinitas pasangan itu setiap harinya. Tinggallah Syafik bersama Kak Ati, pengasuhnya yang juga warga Medan. Pada suatu akhir pekan, untuk mengobati kerinduan, Tek Rina dan Bang Rasyid membawa Syafik dan Kak Ati berakhir pekan seraya melihat konser pianis Richard Clayderman (tentu saja Syafik dan Kak Ati tak ikut lihat konser) di Genting Highland, pusat rekreasi pegunungan tak jauh dari KL.

Putri kedua, Suryani atau Isu, lajang 23 tahun. Hanya terpaut setahun di atas saya. Ia bekerja sebagai sekretaris di Takaful, sebuah perusahaan asuransi syari'ah multinasional. Sehari-hari ia bekerja mengenakan busana muslimah, namun hanya ketika ia bekerja. Isu juga berparas cantik. Kulitnya putih dan menurut saya memiliki mata yang menawan. Posturnya lebih pendek dari Tek Rina, dan memang, di antara mereka bertiga, ia yang paling pendek. Pada hari-hari kerja, rutinitasnya juga tak jauh berbeda dari kakaknya, pergi pagi pulang sore. Weekend? Inilah yang membedakannya. Isu adalah tipikal anak rumahan. Ia jarang sekali pergi keluar, atau main bersama teman-temannya, layaknya anak-anak muda yang lain. Ia lebih senang tinggal di rumah. Kalau tidak nonton TV, tinggal di kamar (saya tidak tahu apa yang dilakukannya dalam kamar karena saya tidak pernah main ke kamarnya, hehehe;)), atau bersenda gurau dengan Syafik, keponakannya. Namun ketika saya berkesempatan jalan-jalan dengannya dan adiknya di KLCC (Mall terkenal di KL), ia tak dapat menyembunyikan fitrahnya sebagai wanita. Sering ia tertarik melihat baju-baju dan tas yang terpampang di etalase pertokoan, dan faktanya ia juga punya kartu belanja Isetan (salah satu department store terkemuka di Malaysia). Setiap sabtu malam, ia setia menonton konser Akademi Fantasia (AFI versi Malaysia) di TV. Akhirnya kami yang tak terbiasa nonton AFI tertarik juga menontonnya.

Putri bungsunya bernama Suyatri atau Iyet, 19 tahun. Iyet ini punya postur paling tinggi daripada kakak-kakaknya. Rambutnya ikal panjang, berkulit lebih gelap, namun tetap cantik dan punya senyum yang manis. Nah, Iyet inilah tipikal anak gaul Malaysia. Suka sekali memakai baju indies yang lumayan ketat sebatas pinggul dan celana jeans ketat. Ia juga punya banyak teman. Kata ibunya, mayoritas teman-temannya berasal dari keluarga-keluarga kaya dan pejabat. Memang iya sih. Sepanjang perjalanan menuju KLCC untuk nonton sinema, ia seperti tak henti-hentinya ber-sms dan mengobrol ria di HP-nya. Lalu di tengah-tengah film diputar, ia ditelepon temannya dan akhirnya kabur meninggalkan teater dan bergabung bersama teman-temannya. Tinggallah Isu dan saya berdua di teater.

Mereka semua, kecuali Pak Hamidun, telah menjadi warganegara Malaysia. Memang negeri jiran itu menjanjikan banyak harapan, dan tidak sedikit kisah sukses orang Indonesia di sana. Namun di balik itu, sangat sering kita dengar kisah duka tentang pendatang-pendatang dari Indonesia di sana. Dan keluarga nenek saya itu termasuk yang beruntung.