18.2.07

Bedah buku AAC di KBRI

hi! Posting kali ini lagi-lagi ttg novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta. Khusus untuk pembaca yang mengapresiasi karya sastra islami. Untuk Nuyi dan Indra para akhwat gagah perkasa, sepertinya posting kali ini tidak cocok untuk kalian, hehehe...

Jadi ceritanya kemaren aku pergi ke acara bedah buku Ayat-Ayat Cinta-nya Habiburrahman El-Shirazy di aula KBRI Kuala Lumpur. FYI, novel ini dah diterjemahkan ke dalam bahasa melayu di Malaysia, dan sekarang dan memasuki cetakan kedua. Sebenernya sih ga pengen pergi karena aku dah baca buku itu sejak pertama kali terbit, tapi karena ini ta'limat dan selain itu juga bisa ketemu dgn ikhwah2 penghuni KL dan sekitarnya, akhirnya aku pergi juga. Dan bener juga... ngga nyesel deh dateng ke acara itu, karena penulisnya langsung yg membedah dan seorang lagi pembicara adalah Akh Alwi Alatas, penulis buku Revolusi Jilbab yang sekarang lagi jadi grad student di IIUM alias UIA (Universiti Islam Antarabangsa). Wah, kebetulan banget aku punya buku dari kedua orang itu, sayangnya kedua2 buku itu aku tinggalin di Bogor, kalo ngga kan bisa minta ditandatanganin.

Hal baru yang aku dapet adalah sumber inspirasi penulis dalam penulisan Ayat-Ayat Cinta, yaitu surat Zukhruf 67: Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa. Berdasarkan ayat itu, penulis ingin mendeskripsikan cinta yang suci adalah cinta yang berlandaskan ketakwaan. Cinta seorang ayah kepada anaknya, ketika tidak berlandaskan takwa, akan menjadi bumerang di akhirat nanti. Ketika si ayah memanjakan si anak atas nama cinta dan membiarkannya terjerumus dalam maksiat, niscaya anak itu akan menjadi musuh ayahnya di yaumul hisab kelak. Dalam novel Ayat-Ayat Cinta, jujur aja aku tergugah ketika membaca cerita Fakhri yang yang terancam dihukum mati karena difitnah telah memperkosa Noura. Aisha membujuk Fakhri agar bersedia menyuap polisi untuk membebaskan dia dari tuduhan pemerkosaan, namun Fakhri menolak. Alasannya adalah karena ia menginginkan cinta antara ia dgn Aisha berkekalan hingga akhirat kelak. Menyuap polisi adalah maksiat, dan itu dapat memisahkan dirinya dgn Aisha di akhirat.

Setelah baca novel itu, aku baru tau kalo suami istri yang bertakwa akan kembali disatukan di jannahNya. Ketika itu aku diskusi kecil dgn Ust Dahlan - beliau alumni Madinah dan baru selesai master bidang tafsir hadis di IIUM - dan memang ada hadis yang menyatakan hal itu. Bahkan ketika Rasulullah ditanya oleh seorang janda yang pernah menikah lebih dari sekali, Rasul menyatakan bahwa di surga kelak, ia boleh memilih salah satu di antara suaminya yang paling dicintai. Dan suami yang lain akan dipasangkan dgn bidadari surga. Wow, how lovely! Lalu Ust Dahlan nyindir, "Abis baca novel itu, apa perubahan yg dirasakan antum? jadi kepengen nikah?" "Sebelum baca novel itu juga saya udah kepengen nikah stad!" jawabku sambil cengengesan. "hehe, bagus bagus!"

Hal baru yg lain, penulis sedikit membocorkan proses pembuatan film layar lebar Ayat-Ayat Cinta. Penulis dgn produser udah membuat semacam agreement bahwa film ini adalah film islami dan harus dilaksanakan dgn cara2 yang benar2 islami. Penulis juga terlibat dalam penentuan para pemain2nya. Ternyata penentuan pemain yang akan memerankan karakter Aisha adalah yang paling berat. Gimana ngga berat, kalo harus cari artis perempuan shalihah yang keliatan seperti blasteran jerman-turki-palestina. Pertama kali, produser menawarkan Luna Maya sebagai Aisha. Waduh, penulis keberatan dan dgn bahasa yang baik, beliau mengatakan bahwa image Luna Maya sangat tidak sesuai dgn karakter Aisha. Tawaran yang lain lagi: Tamara Blezynski! wuaaa, penulis bilang kalo Tamara terlalu tua untuk memerankan Aisha. Aisha itu kan masih mahasiswa undergrad. Dan terakhir setelah melalui proses casting, and it seems to be perfect according to the producer, mereka menawarkan... believe it or not: Nadine Chandrawinata! Waaaa, sontak para peserta bedah buku yang mayoritas akhwat setengah berteriak, "ihhh nggak mauuuu!!!" Penulis pun saat itu juga kesulitan untuk menolaknya, karena Nadine memang, professionally, sangat tepat untuk memerankan Aisha dan telah menempuh casting terlebih dahulu. Akhirnya penulis dengan tegas menyatakan kalau ia sangat keberatan dgn artis non-muslim memerankan karakter Aisha yang seorang muslimah shalihah. Dan setelah melalui diskusi yang panjang, akhirnya disepakati untuk mencari artis Mesir untuk memerankan Aisha. Bukan berarti artis Mesir pada shalihah semua, tapi penulis bilang ada seorang artis muda yang cocok, ia juga berhijab, untuk memerankan figur Aisha, kalo ngga salah namanya Hana Al-Turk. Tapi problemnya lagi2 soal klasik: artis itu pasang harga 1 juta pound Mesir, atau sekitar 1.5 miliar rupiah! Wahh, bocoran selesai sampai di situ, kelanjutannya ga tau deh.

Kalau betul film ini jadi, mungkin akan jadi film yang paling ditunggu-tunggu, dan berharap akan jadi sarana dakwah dalam aspek seni dan sastra. Karena Rasulullah saw bersabda: Lembutkanlah hatimu dengan rehat, karena hati itu tidak terbuat dari besi atau batu. (Al-Hadis)

5 comments:

Anonymous said...

kok tumben nulisnya ga pake bahasa inggris, dil??

eh, bole jug tu si Hana Al-Turk, yaiyalah.. daripada Nadine Chandrawinata.. tapi klo si Hana Al-Turk itu sungguh2 muslimah sejati, harusnya dia ga menetapkan bayaran setinggi itu.. masak segitunya, padahal demi dakwah yang lebih luas lewat media seni-budaya..

klo gw ditawarin jadi pemerannya, gw ga akan menetapkan bayaran yang tinggi2 ah.. :p

btw, gw penasaran sama pemeran fahri-nya dil.. ada bocoran??

Anonymous said...

:)

kenapa perlu ambil actress iran?
apa di ina sudah kehabisan muslimah?

Anonymous said...

to anonymous:
bukan iran, tapi mesir. dalam novelnya, aisha itu adalah blasteran jerman-turki-palestina. jadi bisa dibayangin dunk ky gimana kira2 wajah karakter itu. makanya diusulkan untuk mengambil artis mesir untuk memerankan aisha, krn rata2 wajah artis mesir yang paling mendekati figur aisha, selain setting cerita ini juga mengambil tempat di mesir.

hayoo, kynya blom baca novelnya yaa ;P

Anonymous said...

Fadil...apa kabar?

(saya bukan mau komentar soal AAC:P)

Di Malaysia ambil apa?
How to get there?
Pengen jg ni...
Bosen di Bandung
Ingin mentafakuri sisi lain dunia yang Allah ciptakan...

Salam Ukhuwah...!

Soal AAC, hmm..sudut pandang lelaki banget! dan..soo..soow cliche.
Buku AAC jd menarik karena settingnya baru, bahasanya jg cukup mengaduk emosi pembaca.Tapi, tetep, bukunya utopis..:Phehehe

Anonymous said...

fedi nuril =>fahri
saskia adya mecca =>noura
riyanti cartwright =>maria
melanie putria =>nurul

Aishanya artis asli dari kairo…. dirilis InsyaAlla lebaran tahun ini.