8.2.05

jurnalku yang tercecer

Kuala Lumpur, 10 Juli 2004, 03.00am
Berada di Malaysia, serasa di negara maju aja. Tiap kota dihubungkan dengan highway, yang membuat jarak 350 km antara Johor Bahru-KL hanya 5-6 jam saja, itu pun sudah termasuk rehat dan menurunkan penumpang lain. Jalan sangat mulus, penerangan di kota-kota dan pusat-pusat keramaian sangat baik. Jika dibandingkan dengan kecepatan dan kenyamanannya, tarif bus yang RM25 sangatlah layak. O ya, katanya, menurut orang yang mengaku dosen IPB sewaktu bersama saya naik shuttlebus dari airport Senai ke City Lounge, highway di Malaysia akan terus bersambung menuju Thailand dan berakhir di Beijing, RRC!



Jika dilihat dari infrastruktur dan sistem transportasi, pemerintah Malaysia memang berkhidmat pada rakyatnya, yang memang sudah jadi kewajiban pemerintah manapun. Pemerintah Malaysia benar-benar menjalankan fungsinya sebagai pelayan rakyat (khadimul ummah); tanpa banyak slogan dan janji-janji kosong. Bukan sekedar kata! kata izis. Pemerintah sini, menurut Pak Hidayat, dosen itu, mengamalkan virtues atau nilai-nilai kebajikan. Kebajikan, kata yang sudah sangat jarang didengar dalam pengajaran/pendidikan di Indonesia.

Tidak heran jika orang Malaysia yang saya temui di airport Senai sangat bangga dengan negaranya. Dia terus membanding-bandingkan: di Indonesia bayar fiskal, di sini gratis. Mendengar itu, saya rada sakit hati juga. Ternyata saya masih punya rasa nasionalisme!

No comments: